Kembali Lalai, Dimanakah Para Penguasa, Wakil Rakyat Pengayom Rakyat ? Apakah mereka Sibuk BERKAMPANYE ? Inikah Hasil Kampanye Kalian ?

By den_bagus on 16.32

komentar (0)

Filed Under:


Iklan Klaim Keberhasilan Pemerintah Bentuk Kejahatan Informasi
Jakarta - Sejumlah iklan klaim keberhasilan pemerintah yang dilakukan oleh beberapa parpol dinilai banyak memuat informasi yang tidak valid. Tidak hanya menyesatkan, hal itu pun dinilai sebagai bentuk kejahatan informasi.

"Boleh saya katakan itu kejahatan informasi," kata Direktur Lingkar Madani Untuk Indonesia (LIMA) Jakarta Raya Said Salahudin kepada detikcom, Rabu (25/2/2009).

"Kalau informasi menyesatkan, masyarakat malah tidak tercerdaskan. Dan ini berlawanan dengan tujuan kampanye untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat," imbuhnya.

Pasal 76 UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu menyebutkan, kampanye pemilu dilakukan dengan prinsip bertanggung jawab dan merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat.

Said menjelaskan, iklan klaim keberhasilan Partai Demokrat tentang kenaikan anggaran pendidikan 20 persen termasuk dalam kategori menyesatkan.

"Anggaran pendidikan 20 persen itu amanat konstitusi, mau presidennya siapa, menterinya siapa, ya harus dilakukan," pungkasnya.

Said pun menyinggung iklan PKS yang menampilkan kadernya Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan mengkalim keberhasilan swasembada pangan. Menurutnya, iklan tersebut seolah balasan atas iklan Partai Golkar yang sebelumnya juga mengusung tema swasembada pangan.

"Swasembada pangan adalah kewajiban pemerintah untuk menyejahterakan rakyat. Memang sudah kewajiban," tegasnya.

"Cobalah partai lebih bijak untuk lebih kreatif dengan membuat konsep-konsep iklan yang bermanfaat. Dan memberikan impilikasi politik positif buat masyarakat," tandasnya.

Tidak hanya itu, LIMA pun mengkritik iklan partai oposisi PDIP, yang dinilai hanya memberikan janji-janji penurunan harga sembako tanpa penjelasan metode apa yang akan dilakukan untuk mencapai janji tersebut.[dtk]

Stop Iklan Klaim Keberhasilan Pemerintah

Jakarta - Sejumlah iklan klaim keberhasilan yang dilakukan partai-partai pendukung pemerintah sebagai kampanye dinilai dapat berimplikasi negatif. Karenanya, iklan-iklan tersebut diminta dihentikan.

"Stop iklan klaim keberhasilan pemerintah oleh parpol," kata Direktur Lingkar Madani Untuk Indonesia (LIMA) Jakarta Raya Said Salahudin kepada detikcom, Rabu (25/2/2009).

Menurut catatan detikcom, sedikitnya ada 3 parpol yang membuat iklan klaim keberhasilan pemerintah sebagai alat kampanye. Pertama, Partai Demokrat dengan klaim keberhasilan dalam 3 kali penurunan harga BBM dan peningkatan anggaran pendidikan menjadi 20 persen dari APBN.

Kedua, Partai Golkar dengan iklan klaim keberhasilan perdamaian di Nangroe Aceh Darusalam (NAD). Ketiga, iklan klaim keberhasilan oleh PKS dengan memamerkan prestasi kadernya yang menjabat Menteri Pertanian Anton Apriyantono.

Iklan-iklan tersebut, kata Said, tanpa data yang valid, logis dan terukur, bisa menyebabkan masyarakat mengkonsumsi informasi yang salah dan menyesatkan.

"Sehingga iklan-iklan tersebut bisa mengarah pada kebohongan publik," jelas Said.

Seperti diketahui, iklan Partai Demokrat yang membeberkan data-data klaim keberhasilan pemerintah sempat dikritisi oleh partai oposisi, PDIP, karena dinilai tidak sesuai dengan data Biro Pusat Statistik (BPS).

Menurut Said, iklan klaim keberhasilan juga berpotensi menimbulkan suasana inkondusif dalam pola relasi di antara parpol pendukung pemerintah sendiri. Karena suatu parpol bisa merasa iri dengan klaim dari parpol lain.

"Keberatan PAN terhadap klaim PD soal 20 persen anggaran pendidikan menunjukkan adanya persitegangan itu. Dikhwatirkan parpol lain terprovokasi membuat iklan yang sama," tuturnya.

"Menteri dari parpol mengklaim sepihak sukses departemennya. Ujungnya, publik semakin tidak tercerdaskan," tegasnya.

Said menambahkan, sejatinya setiap kebijakan pemerintah yang dianggap berhasil haruslah dilihat sebagai hasil kerja kolektif dari berbagai pihak dan tidak boleh menjadi klaim sepihak atau dimonopoli parpol di eksekutif.

"Selain sudah menjadi amanat konstitusi, peran legislatif, birokrasi, pers dan masyarakat sipil tidak dapat dinihilkan dari suksesnya program tersebut," tandasnya.[dtk]lihat Swasembada Beras Hanya "Isapan Jempol"

Selengkapnya...

Swasembada Beras Hanya "Isapan Jempol"

By den_bagus on 04.50

komentar (0)

Filed Under:

Keinginan Bulog untuk mengekspor beras 5-10 ribu ton per bulan, dipertanyakan. Faktanya, Indonesia masih mengimpor makanan pokok itu. hal ini berarti klaim swasembada dan keinginan ekspor hanyalah isapan jempol.

Demikian dinyatakan Mudrajat Kuntjoro, ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Mudrajat mempertanyakan swasembada beras pada 2008 yang diklaim pemerintah. Pasalnya hingga saat ini Indonesia masih mengimpor beras yang menunjukkan masih kekurangan.
“Kondisi riil parsediaan Pada beras di Indonesia tidaklah stabil. Artinya beras di Indonesia bahkan tidak dapat terjamin stoknya secara berkesinambungan. Buktinya kita masih selalu impor,” katanya di Jakarta, Senin (23/2).

Mudradjat mengharapkan agar pemerintah bersikap terbuka. Sebelum mengekspor beras, pemerintah harus memastikan apakah perberasan nasioanal benar-benar surplus atau defisit. ”Kalau swasembada beras, tapi ternyata impor berarti kan kurang berasnya,” tegasnya.

Namun demikian, Mudradjat mendukung ekspor beras jika sudah dipastikan bahwa Indonesia benar-benar surplus. Surplus tidaknya perberasan nasional harus diklarifikasi.

”Jangan-jangan data tahun lalu itu hanya bohong-bohongan. Wong nyatanya masih impor,” tandas Mudrajat.[nu]



Selengkapnya...

Apa Lagi Yang Bisa Dipercaya dari mereka,Persetan dengan Janji Wakil Rakyat, yang Pasti Ada Fakta

By den_bagus on 19.26

komentar (0)

Filed Under:




Selengkapnya...

Abu Ghraib Dibuka Kembali: Sekitar 10 Ribu Orang Akan Ditahan di Penjara Ini

By den_bagus on 22.06

komentar (0)

Filed Under:

BAGHDAD — Pemerintah Irak secara resmi kembali membuka penjara Abu Ghraib, Sabtu (21/2). Penjara yang selama ini dikenal sebagai tempat penyiksaan para tahanan oleh tentara Amerika Serikat (AS), kini namanya juga berubah menjadi Baghdad Central Prison.

”Penjara ini secara resmi dibuka dan kami telah menampung tahanan. Ratusan tahanan berada di penjara ini,” kata Dirjen Baghdad Central Prison, Alsharif al-Murtadha Abdul al-Mutalib kepada para wartawan dalam acara pembukaan Baghdad Central Prison, di sebelah barat Baghdad.
Sebelumnya, penjara ini ditutup pertengahan 2006. Pembukaan kembali penjara ini juga diiringi upaya mengubah citra buruk yang melekat. Pernjara ini sempat mengundang kontroversi ketika foto penyiksaan tahanan oleh tentara AS lolos ke publik. Salah satunya pose para tahanan untuk bertelanjang dan membentuk piramida manusia.

Upaya menghapus citra buruk itu dilakukan dengan membangun sejumlah fasilitas baru bagi para tahanan. Ada fasilitas medis dan gigi, ruang komputer chatroom, lapangan olah raga, tempat tukang cukur, dan ruangan bagi keluarga tahanan saat berkunjung yang dilengkapi taman bermain bagi anak-anak serta air mancur.

Para tahanan juga akan bisa menyeterika pakaian sendiri di ruang setrika kecil. Dinding-dinding bangunan penjara juga dicat kembali hingga bau menyengat cat itu masih dapat dirasakan. Sebagian dari fasilitas tersebut masih dalam pembangunan.

Shareef al-Raddi yang ditunjuk menjadi direktur Baghdad Central Prison, mengatakan akan menampung sebanyak 10 ribu tahanan. Sebelumnya penjara ini menampung 30 ribu tahanan.

”Kami menampung 400 tahanan mereka adalah warga Arab dan warga asing. Sekarang, Abu Ghraib adalah tempat rehabilitasi,” katanya seperti dikutip harian Inggris, the Guardian.

Raddi mengungkapkan, sejumlah ruang tetap dipertahankan. Antara lain ruang tempat tahanan yang divonis hukuman mati dan eksekusi pada pemerintahan Presiden Saddam Hussein. Ini untuk mengenang kebrutalan Presiden Saddam Hussein. Sementara tak ada upaya dokumentasi atas perlakuan kejam tentara AS.

”Di bawah rezim Saddam Hussein, penjara ini mewakili tindakan kekerasan, penghinaan, dan penyiksaan terhadap rakyat Irak,” ujar Raddi.

Bulan ini, penjara tersebut akan semakin bertambah penghuninya. Para tahanan yang ditahan di dua pusat penahanan AS, yaitu Kamp Cropper dan Kamp Bucca akan dipindahkan ke penjara tersebut. Raddi mengatakan sebagian dari penjara Abu Ghraib ini dibuka kembali pada November lalu dan menampung sebanyak 400 tahanan. Dalam waktu dekat hampir 10 ribu tahanan akan ditampung di sana.

Berdasarkan kesepakatan keamanan antara Irak dan AS akhir tahun lalu, pasukan AS harus ditarik dari Irak hingga akhir 2011. AS juga harus menyerahkan seluruh tahanan yang ditahan di pusat tahanan mereka kepada pemerintah Irak. Di Kamp Bucca, AS menahan sebanyak 8.000 tahanan sedangkan di Kamp Cropper sebanyak 3.200 tahanan. Melalui kesepakatan itu, AS tak akan melakukan penahanan tanpa adanya perintah penahanan yang dikeluarkan pengadilan Irak.

”Kami mengakhiri operasi penahanan pada akhir 2009. Semua tahanan akan dipindahkan ke penjara Irak,” kata Brigjen David Quantock, penanggung jawab program penahanan AS.

”Saya yakin penegakan hukum akan berjalan. Kami akan mengirim mereka yang memang benar-benar terlibat dalam kelompok teroris ke Abu Ghraib. Kami tak bisa membebaskan mereka,” katanya.[hti]

Selengkapnya...

Erdogan Bukan Sultan Abdul Hamid II Apalagi Shalahuddin

By den_bagus on 07.38

komentar (1)

Filed Under:

Perdana Menteri Turki pulang ke negerinya tanggal 5 Februari dengan disambut sebagai pahlawan setelah melakukan ‘walkout’ dari KTT Forum Ekonomi Dunia (world economic forum). Prestasi yang “luar biasa” yang dilakukannya adalah tindakannya keluar dari KTT itu setelah terjadi debat yang memanas dengan Shimon Perez yang berkaitan dengan agresi Israel atas Gaza.
Erdogan juga telah membuat beberapa pernyataan bernada marah mengenai Gaza dan secara perlahan dilihat sebagai salah seorang yang penentang yang keras atas Agresi Israel.

Erdogan, ketika berbicara pada kampanye pemilu tingkat walikota di Anatolia, mengatakan bahwa Israel melakukan “tindakan yang tidak berprikemanusiaan yang akan membawa kehancuran bagi dirinya sendiri. Cepat atau lambat, Allah akan menghukum orang-orang yang melanggar hak-hak orang-orang yang tidak berdosa. “

Jika anda melihat kaitan masa lalu atas pernyataan-pernyataan ini dan tindakan ‘walkout’ nya itu di KTT itu, sangat jelas bahwa Turki adalah sahabat terbesar Israel di wilayah itu.

* Turki memiliki sejarah panjang hubungan persahabatan dengan Israel. Negeri itu adalah negeri muslim pertama yang mengakui Israel pada tahun 1949.
* Tahun 2006 Menlu Israel menyebut hubungannya dengan Turki “sempurna”.
* Turki adalah negeri terbesar ke 8 dalam hal partner dagang dan perdagangan tahunan yang mereka lakukan bernilai sekitar 4 miliar dollar.
* Turki dan Israel memiliki aliansi militer. Militer kedua Negara itu telah melakukan latihan perang bersama, khususnya angkatan laut mereka. Pilot-pilot Israel bahkan melatih angkatan udara Turki, dengan menerbangkan perangkat untuk latihan dari sebuah pangkalan Turki dekat Ankara. Israel telah menyediakan pesawat udara tidak berawak untuk memonitor aktivitas pemberontak Kurdi di wilayah Selatan Turki.
* Pemerintahan Erdogan menunjuk Jendral Buyukanit sebagai Kepala Staff Angkatan Bersenjata, seorang yang dikenal sebagai pro-Israel dan salah satu tugasnya adalah menghilangkan sentiment anti-Israel di jajaran militer senior Turki.
* Tahun 2006 surat kabat Jerusalem Post melaporkan bahwa Israel dan Turki sedang merundingkan pembangunan sebuah proyek energi dan air yang bernilai jutaan dollar yang akan mengangkut air, listrik, gas alam dan minyak bumi ke Israel melalui pipa-pipa.

Jadi kita jangan terkecoh dengan tindakan-tindakan simbolis yang kosong itu, Turki dan Israel mungkin seperti sepasang kekasih yang sedang berselisih atas masalah sepele, tapi hanya itu saja.

Satu poin terakhir yang perlu disebutkan adalah bahwa rakyat Turki bisa saja memberikan sambutan kepada Erdogan sebagai seorang pahlawan karena protes dengan melakukan ‘walkout’, maka bayangkan saja sambutan yang akan dia terima seandainya dia menggunakan sumber daya yang dimilikinya sebagai penggetar untuk mengakihiri konflik secara menentukan. Hanya diperlukan seorang pemberani dan Umat akan berada di belakangnya, Insya Allah.
(Khilafah.com, terjemahan Riza Aulia)

Selengkapnya...

Stop Legitimasi Sistem Kuffur

By den_bagus on 07.23

komentar (0)

Filed Under:

”Yang salah kan sistem dan politisi kok pemilih yang ditekan?” ujar Pengamat Politik Bima Arya pada acara Halqah Islam dan Peradaban (HIP) ke-6 di Wisma Antara Jakarta, Kamis (19/2) siang. Pertanyaan itu ia lontarkan menanggapi polemik fatwa ”golput haram” yang muncul di saat angka golput terus meningkat. Lebih lanjut ia menyatakan golput ideologis semakin meningkat dan merata bukan hanya dikalangan kaum terpelajar saja.
Hal ini terjadi karena mereka memandang bahwa ada kesalahan dalam sistem dan para politisi. ”Ini bukti kesalahan dalam mendiagnosa suatu permasalahan sehingga salah dalam memberikan solusi”, tandasnya.Ia pun menambahkan, bila nanti golput jadi mayoritas maka ini merupakan tamparan yang sangat keras bagi para politisi. Karena pemerintah perlu legitimasi salah satunya diukur dari perolehan suara.

”Kita memang tidak melihat sistem, namun dalam pemilu nanti umat harus seperti apa?

Tidak ada yang mendesak Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mengeluarkan fatwa. Ini merupakan murni jawaban atas pertanyaan umat dan memang pertanyaan itu baru muncul sekarang”, sanggah Ketua MUI KH Ma’ruf Amin pada acara yang bertema ”Golput Halal Haram (Demi Status Quo atau Kemaslahatan Umat) . Lebih lanjut, Ma’ruf menyatakan bahwa MUI itu tidak ada hubungannya dengan status quo tetapi kemaslahatan umat.

Lebih lanjut Ma’ruf menjelaskan karena memilih pemimpin itu merupakan kewajiban agama yang paling besar. Nah, MUI mengarahkan supaya masyarakat itu memilih pemimpin yang jujur, beriman, cerdas, memperjuangkan aspirasi umat Islam. Yang dimaksud dengan pemimpin itu adalah termasuk presiden dan anggota DPR. Bila tidak memilih pemimpin yang seperti itu maka nanti yang akan terpilih adalah pemimpin yang berkarakter sebaliknya.

Berbeda dengan Ma’ruf, Rahmat S. Labib, DPP HTI menyatakan justru sistem memiliki peranan yang sangat vital. Sistem itu bersifat memaksa siapapun yang berada di dalamnya. Konsekuensinya alih-alih menerapkan hukum berdasarkan Alquran, Hadits, Ijma Shahabat dan Qiyas, malah dipaksa menerapkan hukum buatan manusia. Padahal dalam Islam manusia diharamkan membuat hukum. Jadi seharusnya MUI pun menfatwakan haram memilih pemimpin yang akan menerapkan sistem demokrasi. Karena sistem ini lah yang justru menjadikan manusia sebagai pembuat hukum.

”Mencoblos atau mencontreng dalam sistem ini maka merupakan legitimasi diterapkannya sistem kuffur!” tandasnya.Lebih lanjut Rahmat menjelaskan bahwa perubahan justru selalu lahir di luar sistem. Tumbangnya orde lama dan orde baru terjadi karena adanya desakan yang sangat kuat dari luar sistem. Nah, kekuatan di luar ini yang harus dibangun. Karena pemimpin yang islami atau bertakwa haruslah berada dalam Sistem Pemerintahan Islam tidak boleh berada dalam sistem yang sebaliknya. Pemahaman ini lah seharusnya terus digulirkan di tengah-tengah umat sehingga umat paham dan mendesak agar digantinya sistem sekuler ini dengan Sistem Islam, yakni Khilafah Islam.[mu]

Selengkapnya...

Masyarakat Tidak Peduli Pada Pemilu

By den_bagus on 19.09

komentar (0)

Filed Under:

Jakarta - Lingkar Madani Untuk Indonesia (Lima) mengadakan survei untuk mengetahui efektifitas penyusunan daftar pemilih oleh KPU daerah. Dari 720 responden, hanya 3 orang saja yang dapat memastikan telah terdaftar sebagai pemilih tetap.

Survei ini dilakukan sejak tanggal 5-18 Februari 2009 di wilayah Jabodetabek. Dari 720 responden yang diwawancarai, 62 persen adalah laki-laki, sedang sisanya adalah perempuan.

Usia responden berkisar antara 18-46 tahun dengan profesi pelajar, mahasiswa, pedagang, PNS, profesional dan ibu rumah tangga. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara tatap muka. Lima memastikan sampling error survei ini 0 persen.

Menurut Direktur Lima Said Salahudin, dari 63,5 persen atau 457 responden yang menyatakan sudah terdaftar, hanya 0,75 persen atau 3 responden saja yang berani memastikan telah terdaftar sebagai pemilih tetap.

"Setelah yang bersangkutan melihat secara langsung namanya tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)," jelas Said dalam rilis yang diterima detikcom, Jumat (20/2/2009) malam.

Sedangkan 169 responden lainnya, mengaku sudah terdaftar setelah diberitahu orang lain yang telah melihat namanya dalam DPT. Sisanya, 285 orang merasa sudah terdaftar karena pernah didata oleh Petugas Pemutakhiran Data pemilih (PPDP) pada awal tahapan penyusunan daftar pemilih oleh KPU.

Saat ditanya apakah sudah terdaftar sebagai DPT, 241 responden mengaku tidak tahu. Pernyataan ini memberi kesan sikap apatis pemilih terhadap hak-hak politiknya.

"Masyarakat pada kelompok ini merasa hak pilihnya tidak wajib diperjuangkan atau bahkan menganggap pemilu tidaklah penting bagi mereka," pungkasnya.[dtk]

Banyak Pemilih Tak Tahu Kapan Pemilu

Jakarta - Lingkar Madani Untuk Indonesia (Lima) mengadakan survei tentang efektivitas sosialisasi pemilu. Dari 720 orang yang diwawancarai, 25 persen mengaku tidak tahu kapan pemilu akan dilaksanakan.

Survei dilakukan sejak tanggal 5-18 Februari 2009 di Jabodetabek. Dari 720 responden, 62 persennya adalah laki-laki, sedang sisanya adalah perempuan.

Usia responden berkisar antara 18-46 tahun dengan profesi pelajar, mahasiswa, pedagang, PNS, profesional dan ibu rumah tangga. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara tatap muka. Lima memastikan survei ini sampling errornya 0 persen.

Hasil survei itu sangatlah mencengangkan. Dengan waktu yang tinggal 50 hari lagi, responden yang mengetahui secara pasti waktu pelaksanaan pemilu, dengan menyebut secara tepat tanggal 9 April 2009, tidak mencapai angka 25 persen.

"Responden lebih banyak mengetahui atau dapat menyebutkan waktu pelaksanaan pemilu pada bulan April 2009," jelas Direktur Lima Said Salahudin dalam rilis yang diterima detikcom, Jumat (20/2/2009) malam.

Yang paling ironis, 30 persen responden justru tidak mengetahui sama sekali waktu pelaksanaan pemilu. Bahkan, ada beberapa responden dalam kelompok ini yang menyebut pelaksanaan Pemilu adalah bulan Oktober 2009.

Dengan demikian, dapat disimpulkan, KPU dan KPU daerah telah gagal dalam melakukan sosialisasi waktu pelaksanaan Pemilu kepada calon pemilih. Lima pun memprediksi tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu mendatang akan sangat rendah[dtk]

Selengkapnya...

Inilah Gaya Caleg Para artis-artis Demokrasi

By den_bagus on 00.13

komentar (1)

Filed Under:

Ketentuan bahwa caleg yang bisa menjadi anggota legislatif adalah caleg yang meraih suara terbanyak, membuat para caleg berperang kreativitas. Banyak cara: dari membeberkan keturunan darah biru, memajang anaknya yang jadi selebriti, dan menjadi Superman.

Menjelang Pemilu legislatif 5 April 2009, spanduk-spanduk semakin banyak bertebaran di berbagai sudut kota dan desa. Ada yang biasa-biasa saja memajang fotonya agar dikenal masyarakat, ajakan untuk mencontreng nama sang caleg di surat suara, dan ada pula yang memajang foto dan nomor urut tapi lupa menuliskan parpolnya.

Banyak juga spanduk yang membuat hati kita tertawa, sedih, dan prihatin. “Kreativitas tanpa batas, walau kadang menyentuh absurditas,” tulis seorang anggota DPR yang keberatan disebut namanya. Sang anggota DPR ini mengirimkan sejumlah foto spanduk caleg yang membuat dia geleng-geleng kepala.
Foto pertama adalah spanduk kampanye R.P Rustam Effendi, caleg PKB untuk DPRD Jawa Barat nomor urut 2 dari Dapil IV Kabupaten dan Kota Bogor. Rustam menempatkan spanduknya di daerah Bogor. Dalam spanduknya, Rustam yang berdarah biru ini membeberkan silsilah keluarganya yang keturunan bangsawan Padjadjaran.

Foto kedua adalah iklan yang bisa membuat orang yang melihatnya tersenyum. Maklum, H Eggi Massadiah, caleg anggota DPR dari Partai Golkar nomor urut 5 untuk Dapil Jakarta II ini memasang gambar animasi Superman. Badan Superman, kepala Eggi, dan jubah terbang bergambar Partai Golkar.

Foto ketiga adalah spanduk Rafflyn Lamusu. Siapa dia? Memang tidak populer. Karena itulah, caleg DPRD Gorontalo nomor urut 1 dari Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) ini memajang foto putrinya: Cynthia Lamusu. Nama Cynthia tentu populer, karena dia adalah penyanyi, anggota AB Three. Agar lebih jelas, Rafflyn memasang tulisan di bagian bawah namanya: “Papanya Cynthia Lamusu”.[sr]


Selengkapnya...

Inggris Definisikan Muslim Sebagai Ekstrimis

By den_bagus on 18.49

komentar (0)

Filed Under:

Warga Inggris yang mendukung Syariah, mempercayai konsep Jihad , pecaya bahwa homoseksual sebuah dosa dan tidak mengutuk pembunuhan tentara Inggris di Iraq dan Afghanistan akan dianggap sebagai ekstrimis oleh pemerintah Inggris.

"Pemerintah merencanakan sesuatu yang akan membuat ribuan Muslim Inggris dicap sebagai ektrimis", kutipan dari Guardian hari Selasa 17 Feb.
London mempunyai strategi baru dalam hal counterterorisme yang mereka beri nama Contest 2, strategi yang akan mulai dijalankan bulan depan.

Contest 2 akan membuka definisi ekstrimis menurut pemerintah Inggris. Menurut draft itu, warga Inggris yang akan menegakkan Syariah, mengatakan homoseksual suatu dosa atau menegakkan Khilafah (negara Islam) akan dianggap sebagai ekstrimis.

Mereka yang percaya dengan Jihad, termasuk orang-orang Palestina yang berperang untuk mempertahankan tanah airnya dari penjajah Israel juga akan dilabeli sama yaitu sebagai ekstrimis.

Tidak mengutuk pembunuhan terhadap tentara Inggris yang dibunuh di Iraq atau Afghanistan juga akan didefinisikan sebagai ekstrimis.

Namun beberapa pejabat pemerintah percaya bahwa strategi baru ini hanya akan sia-sia dan bahkan membuat kekacauan saja.

Inayat Bungawa, mantan jubir MCB (Muslim Council of Britain) mengatakan bahwa cara ini sangat kontraproduktif dan akan mengklasifikasikan kebanyakan Muslim sebagai ekstrimis[muslimdaily]

Selengkapnya...

Menyambut Sang Penjajah Dengan Bangga

By den_bagus on 15.24

komentar (0)

Filed Under:

Ada yang masygul dalam benak kita; mengapa pejabat di negeri ini begitu suka cita menyambut kedatangan Hillary Clinton, Menlu AS yang baru, yang datang ke Indonesia tanggal 18-19 Pebruari 2009? Sampai Mensesneg Hatta Rajasa di Kantor Setneg, Jl. Veteran, Jakarta, Kamis (5/2/2008) menyatakan, “Indonesia masuk dalam radar negara-negara besar yang patut diperhitungkan,”. Hatta pun tidak bisa menutupi kebanggaannya, “Kita diperhitungkan.” ujarnya
Ada yang masygul dalam benak kita; mengapa pejabat di negeri ini begitu suka cita menyambut kedatangan Hillary Clinton, Menlu AS yang baru, yang datang ke Indonesia tanggal 18-19 Pebruari 2009? Sampai Mensesneg Hatta Rajasa di Kantor Setneg, Jl. Veteran, Jakarta, Kamis (5/2/2008) menyatakan, “Indonesia masuk dalam radar negara-negara besar yang patut diperhitungkan,”. Hatta pun tidak bisa menutupi kebanggaannya, “Kita diperhitungkan.” ujarnya.

Bukankah kita tahu, bahwa AS adalah negara penjajah, dengan semua definisi dan maknanya? AS bukan saja telah menjajah Afganistan dan Irak yang telah menewaskan ratusan ribu bahkan jutaan manusia, tetapi juga telah menjajah negeri kita. Bahkan, sudah banyak pakar dan intelektual di negeri ini yang mengatakan, bahwa negeri ini masih terjajah, dan penajajahnya itu tak lain adalah Kapitalisme Global yang dipimpin oleh AS. Lalu, mengapa para pejabat di negeri ini masih saja menyambut Menlu dari negara penjajah itu dengan suka cita, bahkan dengan penuh bangga? Apakah mereka tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu, bahwa AS adalah negara penjajah dengan semua definisi dan maknanya? Inilah yang masygul dalam benak kita.

Memang betul, bahwa Indonesia adalah negara penting bagi kepentingan politik luar negeri AS. Terutama karena faktor Islam, jumlah penduduknya yang mayoritas Muslim, dan merupakan negara terbesar keempat setelah Cina, India dan AS sendiri, serta faktor kekayaan alamnya yang melimpah. Dalam pernyataan persnya di Washington, Jubir Deplu AS, Robert Wood, menyatakan, “Indonesia merupakan negara penting bagi AS. Menlu Hillary merasa penting bahwa kami ingin mencapai itu dan mencapai lebih awal dengan Indonesia,” kata Wood, “Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.” ujarnya. Iya, Indonesia memang negara Muslim terbesar di dunia, tetapi bukan itu yang membuat Menlu AS harus berkunjung ke Indonesia pertama kali. Karena, dalam sejarahnya, kawasan Timur Tengahlah yang biasanya menjadi langganan kunjungan Menlu AS yang baru. Namun, kali ini tidak. Pertanyaan ada apa sebenarnya? Inilah yang harus kita dicermati bersama.

Selama ini, kawasan Timur Tengah memang menjadi langganan kunjungan pertama kali Menlu AS, terutama karena kawasan ini merupakan koloni AS, setelah AS berhasil membersihkan pengaruh Inggeris dan Perancis dari kawasan tersebut. Juga karena faktor minyak, Islam dan Israel. Namun, setelah pendudukan AS di Irak 2003 yang berhasil melenyapkan pengaruh Inggeris di kawasan tersebut, maka AS tidak lagi mendapatkan ancaman yang berarti dari pesaing politiknya di kawasan itu. Sebaliknya, di Timur Jauh, yang diwakili oleh Indonesia dan Malaysia, dengan perkembangan Islam dan meningkatnya kesadaran umat Islam untuk kembali kepada syariah agama mereka, sebagaimana yang ditunjukkan oleh berbagai hasil survei, tentu ini bisa menjadi ancaman potensial bagi penjajahan AS di kawasan tersebut. Di mata AS, meningkatnya kesadaran umat Islam itu akan mengancam nilai-nilai mereka, antara lain, seperti Demokrasi, HAM, Pluralisme, Kebebasan dan Kesetaraan Gender, yang pada akhirnya akan menggulung tradisi penjajahan mereka di negeri ini. Inilah yang bisa kita simak dari pernyataan Hillary, dalam dengar pendapat di depan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS (13/1/2009), bahawa dirinya akan bekerja “memperbarui kepemimpinan Amerika melalui diplomasi yang akan meningkatkan keamanan kita, mengedepankan kepentingan kita, dan mencerminkan nilai-nilai kita”. Jadi, tujuan utama dari berbagai kunjungan Menlu AS tersebut tak lain adalah untuk memperbarui kepemimpinan AS di dunia.

Memang ini tidak mudah bagi AS, terutama setelah berkembangnya opini negatif tentang AS, bukan saja di dunia Islam tetapi juga di negara-negara Barat. Terlebih, di dalam negeri, AS saat ini tengah menghadapi resesi ekonomi yang sangat parah. Dalam konteks ekonomi AS, Indonesia bukan saja telah dan akan menjadi pasar potensial bagi produk AS, tetapi Indonesia juga menjadi sumber bahan-bahan baku dan suplay energi bagi industri AS. Inilah yang ingin dipertahankan oleh AS. Karena itu, di depan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS (13/1/2009), Hillary menyebut Indonesia memiliki peran penting dalam memecahkan masalah krisis ekonomi global.

Selain faktor-faktor di atas, yang harus dicermati adalah, bahwa kunjungan ini dilakukan pada saat menjelang Pemilu Legislatif dan Pilpres 2009. Dalam agenda kunjungannya, Menlu AS itu juga direncanakan akan bertemu sejumlah tokoh dan politisi di negeri ini . Maka, kunjungan ini juga secara telanjang bisa dibaca sebagai upaya AS untuk memastikan dukungannya, sekaligus terpilihnya tokoh dan politisi yang bisa menjamin kepentingannya di negeri ini.

Pertanyaannya, jika demikian apa yang akan didapat oleh negeri Muslim terbesar ini? Jawabannya tentu bukan apa-apa. Iya, negeri ini memang tidak akan mendapatkan apa-apa, selain keburukan demi keburukan, baik bagi Islam maupun kaum Muslim, yang menjadi mayoritas penduduk negeri ini. Kalau pun tampak ada kebaikan, sesungguhnya itu hanyalah lips service dan make up saja. Sebab, penjajah tetap saja penjajah. Terlebih jika diberi peluang dan kesempatan. Jikalau ada perubahan pada kebijakan luar negeri AS di era Obama, itu hanyalah perubahan pendekatan, tetapi substansinya tetap sama, yaitu mempertahankan hegemoni dan penjajahan atas dunia. Atau bahasa halusnya, “memperbarui kepemimpinan AS di dunia.” Jadi, yang berubah hanya pendekatannya, dari hard power, melalui invasi dan pendudukan, menjadi smart power, dengan “diplomasi” dan “membangun hubungan kemitraan”.

Selain Indonesia akan tetap terjajah, negeri Muslim terbesar ini juga akan digunakan sebagai alat oleh AS untuk memasarkan nilai-nilai Demokrasi, HAM, Kebebasan dan Pluralisme ke negeri-negeri Muslim yang lain, yang telah diklaim kompatibel dengan Islam. Indonesia juga akan digunakan sebagai alat untuk memuluskan rancangan AS di Timur Tengah, tentang pendirian dua negara, Israel dan Palestina yang meliputi Tepi Barat dan Jalur Gaza. Dalam pernyataannya, Hillary (Rabo, 4/2/2009) berjanji akan bekerja sama dengan semua pihak untuk “menciptakan negara Palestina yang independen dan dapat berjalan di Tepi Barat dan Gaza, serta memberikan perdamaian dan keamanan yang diminta Israel.” Inilah yang tampaknya ingin dimainkan oleh Indonesia melalui Proposal Perdamaian Palestina, sebagaimana yang mengemuka dalam pertemuan antara Wapres Jusuf Kalla dan Joe Biden, Wapres AS (Rabo, 4/2/2009).

Akhirnya kenyataan ini mengingatkan kita akan hadits Nabi, “Idza dhuyyi’at al-amanah fantadhir as-sa’ah.” (Jika amanah ini telah disia-siakan, maka tunggulah saat kehancurannya). Sahabat bertanya, “Fakaifa idha’atuha ya Rasula-Llah?” (Lalu, bagaimana bentuk disia-siakannya amanah itu, ya Rasulullah?) Nabi menjawab, “Idza usnida al-amru ila ghairi ahlihi fantadhiri as-sa’ah.” (Jika urusan itu diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.) al-Kirmani menjelaskan, urusan yang dimaksud di sini adalah Khilafah, pemerintahan, peradilan, fatwa dan sebagainya, yang terkait dengan agama. Jika urusan ini diserahkan kepada orang Sekular, yang bukan ahli agama, maka urusan ini pasti akan disia-siakan.

Jatuhnya Palestina, Irak, Afganistan dan Kashmir ke tangan penjajah, serta dikurasnya kekayaan alam dan penjajahan di negeri-negeri kaum Muslim, termasuk Indonesia, adalah contoh nyata disia-siakannya amanah Allah. Karena para penguasanya adalah orang-orang Sekular yang dijadikan sebagai penguasa untuk melestarikan kepentingan tuan-tuan mereka, dengan mempertahankan sistem Sekularisme mereka. Fal’iyadzu billah min syarri fitnatihim…(Hafidz Abdurrahman)

Selengkapnya...

Mewaspadai Kunjungan Menlu AS di Indonesia

By den_bagus on 15.16

komentar (0)

Filed Under:

[Al-Islam 443]Sebagaimana telah banyak diberitakan, dalam rangkaian kunjungan pertamanya sebagai menteri luar negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton akan berkunjung ke Jepang, Indonesia, Korea Selatan dan China. Kunjungan ke Indonesia akan dilakukan pada tanggal 18-19 Febuari 2009 ini. Menurut Juru Bicara Deplu AS Robert Wood di Washington, “Indonesia adalah negara yang penting bagi AS sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Menlu merasa penting untuk merangkul Indonesia lebih awal.” (Kompas.com, 7/2/09).
Tentang agenda kunjungan ke Indonesia, Dubes AS untuk Indonesia Cameron Hume mengungkapkan, Menlu Hillary bersama para pejabat negara tuan rumah akan membicarakan pendekatan-pendekatan bersama dalam menghadapi tantangan yang melanda masyarakat internasional. Selain terkait dengan krisis pasar keuangan dan isu-isu kemanusiaan, Hume mengungkapkan, “Beliau (Hilarry, red.) akan bertukar pandangan mengenai hubungan AS-Indonesia yang terus berkembang, termasuk kerjasama di berbagai bidang seperti pendidikan, keamanan regional, lingkungan hidup, perdagangan dan kesehatan.”
Rencana kunjungan itu mendapat sambutan besar dari kalangan pejabat di Indonesia. Pasalnya, kunjungan Menlu AS yang baru biasanya dilakukan ke Eropa atau Timur Tengah, dan baru sekarang ke wilayah Asia, khususnya Indonesia. Rencana kunjungan itu membuat Pemerintah Indonesia merasa senang dan bangga. “Kita melihat Indonesia sudah masuk dalam radar negara besar sebagai emerging country (negara yang sangat penting. red.) yang patut diperhitungkan dalam kontribusinya di dunia ini,” ujar Mensesneg Hatta Rajasa di Jakarta, Kamis kemarin (MIOL, 5/2/09).
Makna di Balik Kunjungan

Jika dicermati lebih jauh, kunjungan Menlu AS ke Indonesia sebagai negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia mengandung sejumlah tujuan. Sayangnya, tujuan tersebut seluruhnya semata-mata demi memenuhi ambisi politik dan ekonomi AS. Di antara tujuan di balik kunjungan Menlu AS itu adalah:

Pertama, memulihkan citra AS secara internasional, khususnya di Dunia Islam, yang terlanjur semakin terpuruk selama kepemimpinan Bush. Terpuruknya citra AS tentu saja terutama karena pendudukan sekaligus tindakan brutal AS di Irak dan Afganistan; juga dukungan AS yang membabi-buta dan terus-menerus terhadap Israel, khususnya dalam kasus Pembantaian Gaza oleh Israel baru-baru ini. Citra itulah yang hendak “diperbaiki” oleh AS. Karena itulah, Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar diharapkan bisa menjembatani hubungan Dunia Islam dengan Barat, khususnya AS, supaya citra AS di mata Dunia Islam bisa diperbaiki. Ini tentu sejalan dengan strategi baru Obama dalam politik luar negerinya, yakni penggunaan “smart power” (kekuatan pintar). Inilah juga yang bisa kita simak dari pernyataan Hillary, dalam dengar pendapat di depan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS (13/1/2009), bahwa dirinya akan bekerja “memperbarui kepemimpinan Amerika melalui diplomasi yang akan meningkatkan keamanan kita, mengedepankan kepentingan kita, dan mencerminkan nilai-nilai kita.”

Jadi, tujuan utama dari berbagai kunjungan Menlu AS tersebut tidak lain adalah untuk memperbarui kepemimpinan—termasuk citra—AS di dunia.

Kedua, dalam konteks masalah Palestina, AS berharap bahwa Indonesia bisa memainkan peran di dalamnya, terutama karena Indonesia memiliki hubungan yang semakin dekat dengan Hamas dan rakyat Palestina secara umum. Bahkan menurut Wapres Jusuf Kalla, Wapres AS Joe Biden secara khusus telah meminta proposal ke Indonesia tentang penyelesaian konflik Palestina (MIOL, 8/2/09).

Persoalannya, Presiden Barack Obama telah menandaskan bahwa kesepakatan dengan rakyat Palestina harus tetap menjaga identitas Israel sebagai negara Yahudi yang memiliki perbatasan aman dan diakui. Israel harus dibela dan al-Quds harus menjadi ibukota Israel dan sebagai kota bersatu. Ia menyebut pertemanan AS dengan Israel tidak mungkin dipisahkan (Inilah.com, 6/2/09).

Artinya, penyelesaian masalah Palestina harus sesuai dengan garis yang telah ditandaskan oleh Obama/AS. Karena itu, Pemerintah Indonesia tidak boleh terjebak dengan skenario itu. Jika Indonesia mengikuti keinginan AS itu, berarti Indonesia telah menjadi perantara bagi terwujudnya pengakuan legal terhadap keberadaan Yahudi-Israel sang penjajah, yang telah mencaplok tanah Palestina.

Ketiga, dalam konteks keamanan regional, AS ingin memastikan kerjasama yang lebih erat dengan Indonesia, khususnya terkait dengan isu terorisme dan keamanan di Selat Malaka. Dalam hal ini, Deputi Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Robert Wood mengatakan, ”Amerika mungkin membuka kembali program Korps Perdamian AS di Indonesia setelah dihentikan sebelumnya pada pertengahan 1960-an.” (Antara, 9/2/09).

Dengan kata lain, lewat kunjungan ini, AS ingin memastikan bahwa Indonesia akan tetap melanjutkan program perang melawan terorisme, meski dengan cara yang sedikit berubah sesuai dengan gaya AS yang berubah di bawah Obama. Adapun terkait dengan Selat Malaka, sebagaimana diketahui, selama ini terus diopinikan bahwa Selat Malaka menjadi salah satu jalur pelayaran yang rawan perompakan. Padahal Selat Malaka langsung berkaitan erat dengan keamanan regional, bahkan dunia, selain berkaitan erat dengan keamanan pasokan minyak dan bahan baku lainnya. Karena itu, kunjungan ini akan digunakan Hillary untuk membuka pintu lebih lebar bagi kerjasama AS-RI yang lebih dalam untuk mengontrol keamanan Selat Malaka ini.

Keempat: AS mulai menyadari pesatnya perkembangan Islam dan kesadaran umat Islam di Indonesia untuk kembali pada syariah agama mereka, sebagaimana yang ditunjukkan oleh berbagai hasil survey. Hal ini dipandang bisa menjadi ancaman potensial bagi penjajahan AS di kawasan ini. Di mata AS, meningkatnya kesadaran umat Islam itu akan mengancam nilai-nilai mereka seperti Demokrasi, HAM, Pluralisme, Kebebasan dan Kesetaraan Gender, yang pada akhirnya akan menggulung tradisi penjajahan mereka di negeri ini.

Karena itu, AS ingin Indonesia memelopori dan mendorong Dunia Islam menjadi menganut Islam moderat dan menjunjung demokrasi. Untuk itu, Indonesia harus lebih dulu menunjukkan diri menjadi negara moderat dan demokratis. Negara moderat dan demokratis tentu saja maksudnya adalah negara yang bersahabat dengan AS dan tidak anti AS serta mempertahankan sistem dan nilai-nilai sekular. Dubes AS untuk Indonesia Cameron Hume mengisyaratkan hal ini. Ia menyatakan, Menlu Hillary menantikan untuk melihat langsung bagaimana Indonesia berubah menjadi negara demokrasi yang stabil, moderat dalam wilayah penting ASEAN. Harapan ini kemudian diamini Menlu RI Hassan Wirajuda. ”Sepanjang RI-AS menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia, demokrasi, dan pluralisme, ada cukup alasan untuk mengeratkan hubungan bilateral.” (Kompas, 7/2/09).

Kelima: Di depan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS (13/1/2009), Hillary menyebut Indonesia memiliki peran penting dalam memecahkan masalah krisis ekonomi global (Detiknews.com, 14/01/09). Tentu bukan karena Indonesia dianggap mampu mengatasi krisis global. Pernyataan Hilarry tersebut harus dimaknai bahwa dalam pandangan AS, Indonesia bukan saja telah dan akan menjadi pasar potensial bagi produk AS, tetapi juga menjadi sumber bahan-bahan baku dan suplay energi bagi industri AS. Apalagi banyak perusahaan AS yang telah lama beroperasi di Indonesia sekaligus menguasai akses terhadap sumber-sumber kekayaan tersebut. PT Freeport dan ExxonMobil adalah di antaranya. Inilah kepentingan AS yang ingin terus dipertahankan di Indonesia.

Keenam: Kunjungan ini dilakukan menjelang Pemilu Legislatif dan Pilpres 2009. Dalam agenda kunjungannya, Menlu AS itu juga direncanakan akan bertemu dengan sejumlah tokoh dan politisi di negeri ini, termasuk para calon capres dan cawapres. Kunjungan ini secara kasatmata bisa dibaca sebagai upaya AS untuk memastikan dukungannya kepada—sekaligus terpilihnya—tokoh dan politisi yang bisa menjamin kepentingannya di negeri ini. Apalagi dalam rentang sejarah kepemimpinan di negeri ini sejak awal kemerdekaan hingga era reformasi, secara langsung ataupun tidak, AS turut ‘menentukan’ naik-turunnya para pemimpin di negeri ini.
Catatan Kritis

Memperhatikan penjelasan di atas, jelas bahwa kunjungan Hillary pada 18-19 Februari ini akan lebih menguntungkan AS. Apalagi menurut Menlu Hassan Wirajuda, Pemerintah Indonesia sendiri sampai awal Februari belum menentukan agenda khusus yang akan dibicarakan dengan Menlu AS Hillary. Hal itu menunjukkan kekurangsiapan Indonesia dalam melakukan pembicaraan dan negoisasi dengan AS. Inilah ironi dari potret negara yang di klaim negara besar, padahal arah kebijakan politik luar negerinya ternyata tidak jelas.

Lebih dari itu, kunjungan Hillary ke Indonesia pada tanggal 18-19 Februari ini tidak lain adalah untuk lebih menguatkan pengaruh AS di kawasan regional, khususnya di Indonesia.

Karena itu, sudah seharusnya Pemerintah tidak terjebak dengan skenario dan keinginan AS. Pasalnya, AS adalah negara penjajah pengemban utama ideologi Kapitalisme, yang menjadikan penjajahan sebagai metode baku dalam menjalankan politik luar negerinya. Metode penjajahan ini tidak pernah berubah selamanya. Yang berubah hanyalah strategi dan caranya saja; dari sebelumnya “hard power” menjadi “smart power”, sebagaimana diistilahkan Presiden AS Obama. Jika kedua cara tersebut mendapatkan tempat atau diberi kesempatan oleh para penguasa negeri Islam, khususnya Indonesia, maka hal itu jelas bertentangan dengan firman Allah SWT:

وَلَنْ يَجْعَلَ اللهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً
Allah sekali-kali tidak akan pernah memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang Mukmin (QS an-Nisa’ [4]: 141).

Lebih dari itu, membantu kepentingan negara-negara kafir harbi seperti AS, apalagi tunduk pada kemauannya, dengan mengorbankan kepentingan dan kamaslahatan kaum Muslim, merupakan bentuk nyata pengkhianatan kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum Muslim. Padahal tindakan demikian nyata-nyata telah diharamkan oleh Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya; jangan pula kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahui (QS al-Anfal [8]: 27).


Selengkapnya...

Apa Yang Bisa Diharapkan Atas Kunjungan Hillary ke Indonesia?

By den_bagus on 14.45

komentar (0)

Filed Under:

Menlu Amerika Hillary Clinton dijadwalkan akan segera ke Indonesia. Para ulama berharap ada perubahan sikap Amerika dengan Islam

Menteri Luar Negeri (Menlu) AS yang baru, Hillary Clinton telah memilih Asia sebagai benua pertama yang Hillary di Jepangdikunjunginya, memecah tradisi yang dilakukan para Menlu maupun Presiden Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya memilih ke Eropa atau Timur Tengah.
Beberapa hari lagi, tanggal 18-19 Februari ini, Hillary akan berada di Indonesia. Sejumlah agenda yang disebut-sebut akan dibahas dalam kunjungan pertama ini adalah terkait krisis ekonomi global, perubahan iklim, dan ambisi nuklir Korea Utara.

Berbeda dengan tiga negara lain, di Indonesia nanti, menurut sumber Deplu AS, Hillary mungkin akan meletakkan kerangka dasar bagi hubungan yang berubah, kemitraan strategis baru dengan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini. Apa kira-kira yang bakal dilakukan Hillary untuk Indonesia? Dan apa manfaatnya bagi umat Islam?

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi berharap kunjungan Menlu Hillary Clinton ke Indonesia jangan semata untuk kepentingan negara adikuasa tersebut, terlebih hanya untuk menaikkan citra.

“Kita berharap Pemerintah Amerika yang kini dipimpin Barack Hussein Obama dapat bertindak secara objektif melihat Indonesia untuk kepentingan perdamaian dunia, dan jangan hanya untuk kepentingan Amerika Serikat, ” ujar KH Hasyim Muzadi dikutip Pelita.

Hasyim juga berharap agar Amerika saat ini dapat bertindak menjadi Bapak Dunia dan bukan Polisi Dunia. “Artinya, dengan menjadi Bapak Dunia, maka Amerika dapat dicintai oleh seluruh dunia internasional. Akan tetapi jika menjadi Polisi Dunia tentunya Amerika Serikat akan membayar cost yang cukup mahal, khususnya terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah luar negeri, ” jelasnya.

Hal lain, yang juga harus diperhatikan Amerika Serikat adalah terkait masalah penyelesaian perdamaian di Timur Tengah. Dalam hal ini, Amerika harus bertindak proporsional dalam menerapkan kebijakan luar negerinya, khususnya terhadap eksistensi Israel dan Palestina.

Jika tidak proporsional, Amerika sampai kapanpun akan dilihat secara terus menerus menerapkan double standard. Masalah penerapan kebijakan inilah yang justru merugikan Amerika sendiri di mata internasional, kata Hasyim.

Kepada Pemerintah Indonesia sendiri, Hasyim berharap agar dapat melaksanakan kedaulatan pemerintahan dengan sepenuh-penuhnya tanpa adanya upaya yang didikte ataupun ‘diobok-obok’ dalam melaksanakan kebijakan.

Hasyim juga berharap, Amerika harus beri keleluasan kepada Indonesia dalam melaksanakan kebijakannya. Amerika tidak usah terlalu banyak mengintervensi seperti yang dilakukan selama ini. Hal itu dimaksudkan agar ada keseimbangan antara persahabatan dengan bantuan, ujarnya.

Sementara itu, salah satu Ketua PP Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir berpendapat, kunjungan Menlu AS ke Indonesia merupakan hal positif jika dilandasi sikap dan kebijakan baru dari pemimpin AS tersebut. Sebaliknya, kunjungan tersebut tidak memberi arti apapun bagi bangsa Indonesia jika negara adikuasa tersebut masih menerapkan standard ganda seperti yang diterapkan di masa George W Bush.

Pemerintah AS di bawah Obama harus memperbarui sikap atau kebijakan politik LN ke arah memahami Islam dan Indonesia, dan tidak seperti yang dilakukan di era Bush. Jangan anggap Indonesia sarang teroris dan fundamentalis seperti pandangan AS di masa Bush, ujar Haedar Nashir.

Terhadap pemerintah, Haedar mengimbau agar Pemerintah Indonesia menunjukkan sikap sebagai negara berdaulat dan tidak mudah didikte kekuatan negara besar manapun. Bekerjasamalah sebagaimana layaknya bangsa dan negara bermartabat. Kita ini juga negara besar, bukan inlander tegasnya.

Pada bagian lain, Haedar menyinggung soal sektor yang harus diperkuat oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan kerjasama dengan negara yang kini dipimpin Barack Hussein Obama.

PP Muhammadiyah berharap Pemerintah Indonesia memperkuat kerjasama di bidang pendidikan dengan tetap menghormati kultur masing-masing. Selanjutnya, PP Muhammadiyah juga berharap terjadi negosiasi ulang proyek-proyek besar seperti Freeport dan lain-lain yang menguntungkan kedua belah pihak, serta meningkatkan saling pemahaman di mana Indonesia termasuk negara Muslim terbesar yang moderat.

Sementara, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mempersilakan kepada Menlu AS berkunjung ke Indonesia jika memang memberikan dampak positif bagi hubungan kedua negara yang cenderung menimbulkan ketegangan.

“Silakan saja. Yang namanya kunjungan kalau positif ya,… silakan, ” kata Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat KH Ma’ruf Amin.

Yang perlu mendapat perhatian, kata Ma’ruf, Presiden AS Obama berkeinginan untuk bersahabat dengan masyarakat Muslim di dunia ini. Dan, Indonesia itu kan masyarakatnya mayoritas beragama Islam, sehingga kita harapkan ada perubahan sikap politik AS terhadap masyarakat Islam, ujarnya.

Ma’ruf mengingatkan, kalau ada kunjungan Menteri Luar Negeri AS ke Indonesia tidak ditindaklanjuti dengan perubahan sikap politiknya terhadap Islam tidak ada gunannya. Ya, kita harapkan ada perubahan sikap politik AS terhadap Islam, ujarnya.

Secara terpisah, Juru Bicara Hisbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto berharap Pemerintah Indonesia tidak boleh terjebak dan terseret arus keinginan AS yang saat ini tengah memperbaiki citra di dunia Islam.

Bahwa kunjungan Menlu AS Hillary Clinton ke Indonesia pada tanggal 18-19 Februari ini tidak lain adalah untuk lebih menguatkan hegemoni AS di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, khususnya Indonesia. AS adalah negara imperialis yang dengan segala cara akan terus berusaha melanggengkan dominasinya di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia, demi meraih kepentingan politik dan ekonominya, paparnya.

Menurut dia, penjajahan semacam itu akan terus dilakukan dengan teknik yang berubah-ubah. Bila sebelumnya dengan hard power, sekarang di masa pemerintahan Presiden Obama dibahasakan dengan istilah smart power, yakni melalui cara-cara diplomasi, tekanan politik dan cara-cara lain yang dikatakan smart itu.

Apalagi secara pribadi meski Hillary Clinton berasal dari Partai Demokrat, dia adalah termasuk pendukung agresi AS ke Iraq. Artinya, secara moral dia termasuk figur yang harus bertanggungjawab terhadap kehancuran Irak. Dia juga pendukung fanatik Israel, dengan tingkat dukungan yang lebih besar daripada Presiden Obama sekalipun, tegasnya.

Seiring hal itu, HTI pun menolak kunjungan Menlu AS Hillary Clinton. Pasalnya, kunjungan tersebut akan menjadi jalan makin kokohnya hegemoni AS atas negeri ini.

HTI menyerukan kepada umat Islam di Indonesia, khususnya para tokoh umat, untuk bersama-sama menolak setiap bentuk langkah atau kegiatan baik yang datang dari dalam maupun dari luar negeri, seperti tampak dalam kunjungan Menlu AS Hillary Clinton, yang akan membawa negeri ini makin dalam terjerumus ke dalam pelukan negara imperialis seperti Amerika Serikat ujarnya.

Menanggapi adanya penolakan kunjungan Menlu AS Hillary Clinton, Hasyim Muzadi justru mengaku tidak sependapat dengan sikap penolakan yang disampaikan Ormas Islam dalam menyikapi kunjungan diplomasi tersebut.

PBNU sendiri, kata Hasyim, akan menyambut positif kunjungan Menlu AS. Kalau memang Menlu itu mau datang ke PBNU kita akan menerima, tegasnya.[hidayatulloh]

Selengkapnya...

Haram Menerima Hillary

By den_bagus on 06.40

komentar (0)

Filed Under:

HTI-Press. “Sebagai tuan rumah yang baik, kita harus memperlakukan tamu dengan baik. Bukankah Islam memerintahkan kita untuk ikrâm al-dhuyûf (memuliakan tamu)?” ujar seorang menteri di depan massa sebuah organisasi Islam ketika menanggapi demo menolak kedatangan Goerge W. Bush ke Indonesia dua tahun lalu. Untuk memperkuat argumennya, menteri itu pun mengutip satu Hadits yang memerintahkan kaum Muslim memuliakan tamu: Man kâna yu’minu bil-Lâh wa al-yawm al-âkhir falyukrim dhayfahu (barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya).
Kini, ketika Hillary Clinton datang ke Indonesia, menteri itu tidak mengeluarkan pernyataan serupa. Namun, sangat bisa jadi alasan yang sama juga digunakan untuk menerima kedatangan menlu AS yang baru.

Benarkah para pemimpin negara penjajah itu layak disebut sebagai tamu sehingga pantas disambut baik dan dimuliakan? Apalagi harus menguras anggaran negara yang tidak sedikit?

Dua Katagori Kaum Kafir

Memang benar bahwa kaum Muslim diperintahkan memuliakan tamu. Dalam Hadits itu, lafadz dhuyûfahu juga bersifat umum sehingga mencakup seluruh tamu. Kendati demikian, ada nash-nash lain yang harus diperhatikan ketika tamu yang diterima adalah orang kafir. Apalagi pemimpin negara kafir, yang gemar memerangi Islam dan umatnya.

Dalam bermuamalah dengan kaum kafir, Islam membagi mereka menjadi dua katagori. Pertama, orang kafir yang tidak sedang memerangi dan mengusir umat Islam dari negeri mereka. Terhadap mereka, kaum Muslim diperintahkan berbuat baik dan bersikap adil terhadap mereka. Allah Swt berfirman:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (TQS. al-Mumtahanah [60]: 8).

Diriwayatkan Ahmad dari Abdullah bin al-Zubair, suatu saat Asma binti Abu Bakar kedatangan ibunya, bernama Qutailah bin Abd al-Uzza, dan membawa hadiah untuknya. Karena ibunya seorang wanita musyrikah, Asma’ keberatan menerimanya. Bahkan, ibunya pun tidak dipersilakan masuk rumahnya sebelum dia mendapat izin Rasulullah Saw. Ketika hal itu ditanyakan kepada Rasulullah saw, lalu turunlah ayat ini. Beliau pun memerintahkan untuk mempersilakan masuk Ibunya dan menerima hadiahnya (lihat: Sihabuddin al-Alusi, Rûh al-Ma’ânî; al-Baghawi, Ma’âlim al-Tanzîil).

Kendati ayat ini turun berkenaan dengan Asma’, namun –sebagaimana ayat ini berlaku umum (lihat: Ibnu Jarir al-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân dan al-Jazairi, Aysar al-Tafâsîr). Sehingga ayat ini tidak dikhususkan pada suatu kelompok tertentu, seperti Bani Khuza’ah yang terikat perjanjian damai dengan Rasulullah saw atau kaum musyrik Makkah pasca perjanjian Hudaibiyyah. Semua orang kafir yang memiliki dua sifat seperti yang dinyatakan ayat ini, termasuk di dalamnya. Mereka adalah orang-orang kafir yang tidak memerangi kaum Muslim karena agama; dan tidak melakukan pengusiran terhadap kaum Muslim dari negeri mereka.

Dijelaskan oleh al-Syaukani dalam Fath al-Qadir, kaum kafir yang dimaksud adalah kaum kafir dari kalangan ahl al-‘ahd yang sedang melakukan perjanjian damai dengan kaum Muslim.

Terhadap orang-orang yang bersikap demikian, umat Islam diperbolehkan untuk berbuat baik dan berlaku adil. Dalam ayat ini disebutkan: ‘an taburrûhum wa tuqsithû ilayhim. Menurut Ibnu Katsir, kata taburrûhum berarti tuhsinû ilayhim (berbaik baik terhadap mereka). Sementara kata tuqsithû ilayhim bermakna tu’dilû (berlaku adil). Penjelasan senada juga dikemukakan oleh al-Baghawi dalam tafsirnya, Ma’âm al-Tanzîl.

Al-Qurafi menjelaskan cukup rinci mengenai perbuatan yang dapat dikatagorikan sebagai perbuatan baik dan adil tersebut. Di antaranya adalah bersikap ramah dengan mereka yang menjadi tamu, mencukupi kebutuhan mereka yang fakir mereka, memberikan makan mereka yang lapar, memberikan pakaian mereka yang telanjang, berkata lembut dengan mereka yang disebabkan kelemahlembutan dan kasih sayang, bukan karena rasa takut dan hina, mendoakan mereka agar diberi hidayah dan dijadikan sebagai orang yang berbahagia, menasihati mereka dalam perkara agama dan dunia, menjaga harta, keluarga, kehormatan, serta semua hak dan kemaslahatan mereka, menghilangkan kezaliman yang menimpa mereka, dan menyampaikan seluruh yang menjadi hak mereka. Demikian penjelasan al-Qurafi dalam kitab al-Furûq.

Meskipun diungkapkan dengan menggunakan kalimat berita, dan dinyatakan: Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil, namun kandungan ayat tersebut berisi perintah. Bahwa umat Islam diperintahkan untuk berbuat baik dan berlaku terhadap orang-orang yang tidak memerangi mereka dan tidak mengusir mereka. Hal ini dapat disimpulkan dari firman Allah Swt dalam akhir ayat ini: InnaLlâh yuhibbu al-muqsithîn (sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil). Ungkapan ini jelas merupakan perintah kepada umat Islam untuk berlaku adil, termasuk terhadap mereka.

Kedua, kaum kafir yang memerangi dan mengusir kaum Muslim dari negeri mereka, serta yang turut membantu mereka. Allah Swt berfirman:

إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (9)

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai wali, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.

Sebagaimana ayat sebelumnya, ayat ini juga bersifat umum. Setiap orang yang memiliki sikap seperti yang dinyatakan ayat ini, tercakup di dalamnya. Mereka adalah orang-orang yang memerangi kaum Muslim karena agama dan mengusir kaum Muslim dari negeri dan kampung halamannya. Termasuk pula orang-orang yang membantu orang lain mengusir kaum Muslim. Bantuan yang dimaksud bisa berupa sumbangan pemikiran, lebih-lebih kendaraan dan persenjataan (al-Jazairi dalam Aysâs al-Tafâsîr).

Karena sikap mereka yang terang memusuhi Islam dan umatnya, mereka tidak boleh diperlakukannya seperti kelompok yang disebut dalam ayat sebelumnya. Dalam ayat ini Allah melarang kaum Muslim: ‘an tawallawhum. Artinya mengangkat mereka sebagai al-waliyy. Secara bahasa, kata al-waliyy memiliki beberapa makna. Di antaranya adalah al-nashîr (penolong), al-muhibb (yang mencintai), al-shadîq (sahabat), al-mu’în (pembantu), al-halîf (sekutu), dan al-tâbi’ (pengikut). Karena tidak ada pembatasan dari makna-makna tersebut, maka semua makna tersebut tercakup dalam kata al-waliyy dalam ayat ini. Artinya, umat Islam tidak melakukan semua tindakan yang terkatagori mengangkat mereka sebagai al-waliyy.

Larangan menjadikan orang-orang yang memerangi umat Islam, mengusir mereka dari negeri mereka, dan membantu tindakan pengusiran itu sebagai wali tersebut bersifat tegas. Dengan kata lain, perbuatan tersebut termasuk dalam perbuatan yang diharamkan. Indikasi keharamannya adalah firman Allah Swt selanjutnya: Waman yatawallahum fa ulâika hum al-zhâlimûn (dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai wali, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim). Penyebutan orang yang mengangkat kaum yang memerangi umat Islam itu sebagai orang zhalim merupakan bukti jelas yang menunjukkan haramnya perbuatan tersebut.

Jika ditelusuri ayat-ayat lain, sikap yang harus diambil kaum Muslim terhadap orang yang memerangi bukan hanya tidak mengangkat mereka sebagai wali, namun juga membalas perlakuan mereka. Wajib bagi kaum Muslim untuk memerangi mereka. Allah Swt berfirman:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (TQS. al-Baqarah [2]: 190).

Haram Menerima Hillary

Berdasarkan paparan di atas, amat jelas sikap yang harus diambil dalam menyikapi kedatangan Hillary ke Indonesia. Amerika Serikat adalah negara yang memusuhi amat Islam dan umatnya. AS telah menggempur Afghanistan dan Irak hingga kedua negara itu porak poranda. Kebrutalan serdadu AS yang mereka kirim juga telah melampaui batas kemanusiaan. Ratusan ribu jiwa manusia telah menjadi korbannya. Tak terkecuali wanita dan anak-anak. Negara ini juga menabuh genderang perang melawan kaum Muslim dengan menyebutnya sebagai teroris. Mendukung penuh perampasan Israel atas tanah Palestina. Senjata yang digunakan untuk menyerbu Gaza kemarin juga berasal dari Amerika. Dengan demikian, Amerika telah lama menjadi kafir harbi fi’lan, kafir yang sedang memerangi Islam secara nyata.

Pergantian rezim oleh Obama sama sekali tidak membuat Amerika berubah. Di awal pemerintahannya, Obama telah menegaskan sikapnya untuk menjaga eksistensi Israel dengan cara apa pun. Serdadunya juga sudah membombardir Afghanistan sehingga menewaskan beberapa orang. Obama memang berjanji hendak menarika pasukan AS dari Irak. Akan tetapi, pasukan itu hanya akan dialihkan ke negeri Islam lainnya, Afghanistan. Dalam kampanyenya, dia juga mengancam hendak menyerang Pakistan. Sebagian fakta itu menjadi bukti amat jelas bahwa Amerika, di bawah pemerintahan siapa pun, tetap berkedudukan sebagai kafir harbi fi’lan.

Dengan status demikian, haram menerima Menlu AS Hillary Clinton di negeri ini. Apalagi diterima sebagai tamu dari negara sahabat yang disambut dengan hangat, dijamu, dan dihormati. Hadits yang mewajibkan kaum Muslim memuliakan tamu tidak berlaku buat dia. Sebaliknya, dia harus merasakan akibat dari permusuhannya terhadap Islam: kerasnya perlawanan kaum Muslim.

Terhadap kafir harbi fi’lan, Islam bersikap tegas. Bukan hanya pemimpinnya, rakyatnya pun diperbolehkan menginjakkan kaki di wilayah Islam kecuali untuk mendengarkan Kalam Allah Swt. Allah Swt berfirman:

وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ

Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui (TQS. al-Taubah [9]: 6).

Lebih dari itu, sebagai salah satu pemimpin negara penjajah, kedatangan Hillary ke Indonesia jelas untuk mengokohkan hegemoni AS di negeri ini. Haram melempangkan jalan buat mereka untuk menguasai kaum Muslim. Allah Swt berfirman:

وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا

Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman (TQS. al-Nisa’ [4]: 141).

Tentu amat sulit diterima akal sehat ada seorang kepala negara yang menerima pemimpin negara penjajah, yang hendak mengokohkan hegemoninya. Lagi-lagi, yang kita butuhkan adalah Khilafah Islamiyyah yang mau dan mampu melindungi rakyatnya dari serbuan musuh-musuhnya. WaLlâh a’lam bi al-shawâb. (Rokhmat S. Labib, Ketua Lajnah Tsaqafiyyah HTI)[hti]

Selengkapnya...

Uang Palsu Jadi Modal Kampanye?

By den_bagus on 22.37

komentar (0)

Filed Under:

Jakarta - Entah kenapa, setiap menjelang pemilihan umum, jumlah uang palsu (upal) yang beredar selalu meningkat. Itu tampak dari data yang dihimpun BI berdasarkan hasil temuan bank dan kepolisian.

Lihat saja, pada Pemilu 1997 uang palsu yang ditemukan Rp 4,4 miliar, lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya Rp 215 juta. Hal yang sama juga terjadi pada Pemilu 1999. Saat itu uang palsu yang ditemukan oleh BI mencapai Rp 6,73 miliar atau lebih besar Rp 570 juta dibandingkan 1998.
Menjelang pemilu 2004, peredaran uang palsu kembali meningkat. Selama periode Januari-Mei, upal yang beredar meningkat 600% dibandingkan periode yang sama di 2003. Sejak 1988 hingga 2004 upal yang beredar diperkirakan lebih dari Rp 800 miliar.

Seperti pada pemilu yang sudah-sudah, tahun ini pun jumlah upal yang beredar diperkirakan akan meningkat pesat. Itu sebabnya, BI sudah menyiapkan langkah preventif dan represif.

Cara preventif dilakukan melalui pembaharuan ciri-ciri uang dan edukasi kepada masyarakat. “Sedangkan langkah represif dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan Kepolisian,” kata Erry Setiawan, Kabag Pengelolaan Uang Keluar BI.

Sebenarnya, untuk menangkal peredaran uang palsu sudah ada badan yang menanganinya. Berdasarkan Inpres No. 1/1971, presiden menunjuk Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Kabakin) sebagai Badan Koordinasi Pemberantasan dan Penanganan Uang Palsu.

Sayang, 23 tahun berdiri, badan itu seperti macan kertas. Jangankan membongkar, melakukan tindakan pencegahan pun nyaris belum dilakukan lembaga yang anggotanya terdiri dari polisi, wakil dari Departemen Kehakiman, Kejaksaan Agung, BI, dan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).

Belum diketahui, mengapa peredaran uang palsu selalu meningkat di saat menjelang pemilu. “Mungkin uang itu sengaja dicetak untuk membeli kaus dan spanduk pemilu,” kata seorang bankir sambil terbahak. Ah, masa sih duit palsu dipakai untuk modal kampanye?[inilah]

Selengkapnya...

PKS Tidak Permasalahkan Capres Perempuan

By den_bagus on 00.06

komentar (2)

Filed Under:

BALIKPAPAN - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak mengajukan calon presiden (capres) perempuan. Meski begitu, partai ini juga tidak mempermasalahkan calon presiden perempuan.

“Yang utama adalah kapasitasnya. Debat kita bukan di perempuan tapi kapasitas,” ujar Presiden PKS Tifatul Sembiring di Balikpapan, Senin (16/2/2009).
Menurut Tifatul, presiden perempuan pernah terjadi di Indonesia yakni Megawati yang memimpin Indonesia tahun 2001-2004. “Realita itu terjadi dan PKS menjadi bagian waktu itu,” katanya.

Karena itu PKS akan mendengarkan suara konstituen. Tifatul berpendapat, persoalan capres perempuan bukan hanya di Indonesia. Dia mencontohkan, ini terjadi di Amerika, di mana keberadaan Hillary Clinton ditolak dan mereka lebih memilih Barack Obama.

“Di Amerika saja yang kampium demokrasi soal ini, masih bisa terjadi. Kata Rasul serahkan segala sesuatunya pada ahlinya dan kita lihat mana yang lebih ahli, lebih baik,” imbaunya.

Namun begitu, sebagai partai politik, Tifatul menuturkan PKS siap berkoalisi dengan siapapun termasuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengusung perempuan sebagai capres. Juga tidak menutup kemungkinan berkoalisi dengan Golkar.

“PDIP ngajak, Golkar ngajak, kita akan bahas,” pungkasnya.[okezone]

Selengkapnya...

Lebih Baik Pakai Pampers Daripada Mati di Tangan Al-Qassam

By den_bagus on 04.17

komentar (1)

Filed Under:

Pasukan Al-Qassam memergoki tentara Israel mengenakan Pampers, karena mereka takut buang hajat di luar tank
Hidayatullah.com—Bukan hanya bayi yang mengenakan popok alias pampers. Pasuka PampersTetapi tentara Yahudi-Israel juga mengenakannya. Tapi bukan karena mereka suka ngompol. Ini disebabkan karena mereka takut buang air di luar kendaraan tempur karena khawati serangan para pejuang Al-Qassam.

Mungkin karena ketakutan itulah yang membuat alas an pasukan Israel hingga memutuskan mengenakan Pampers. Gara-gara sikapnya yang lucu ini, para pemuda Palestina memberi julukan baru pada mereka dengan sebuah Jaish Pampers (tentara Pampers).
Julukan ini bukanlah tanpa dasar, para pejuang Al-Qassam berhasil mengungkap bahwa pasukan Israel memakai penampung air seni, yang biasa dipakai anak-anak atau para manula.

Lewat jumpa pers, di hadapan para wartawan yang ditayangkan channel Al Quds, pasca pertempuran Al Furqan, beberapa waktu lalu.

"Di mana keberanian tentara itu (Israel), yang menyerang dengan dukungan teknologi. Dari udara, dari atas awan, dari laut, serta dari dalam tank mereka yang terlindungi, untuk menghadapi para pemuda yang tidak memiliki banyak persenjataan, akan tetapi mereka bisa mengalahkan," ujarnya.

"Dan kami akan menggambarkan kepengecutan para tentara Zionis itu, adalah hal yang paling aneh, bahwa yang selalu kita nilai sebagai militer yang terkuat di dunia ternyata mengenakan Pampers, dan mereka tidak mau keluar dari tank, untuk menghadapi para pejuang," tambah pejuang Al-Qassam.

Kontan, kabar itu menjadi bahan tertawaan penduduk Palestina serta ramai dibicarakan dalam forum-forum diskusi di internet. Bermacam-macam komentar beredar, "bisa-bisa pemerintahan Israel akan memboikot produk Pampers, karena telah menyebabkan mereka kalah perang", "pesawat tempur Israel terpaksa kembali ke pangkalan mereka, karena pilotnya lupa belum mengganti Pampersnya yang lama", ada juga komentar, "militer Israel telah menghubungi perusahaan Pampers agar memperbesar ukuran, agar lebih bisa tahan lama"[hdyth]

Selengkapnya...

'Project Isa' untuk Kafirisasi Muslim Asia

By den_bagus on 22.42

komentar (1)

Filed Under:

Sebuah organisasi neo misionaris sedang berupaya menyebarkan ajaran Kristiani di antara pemuda Muslim Asia melalui siaran radio.

Kegiatan kristenisasi ini dijalankan melalui sebuah program radio, dengan sebuah tema peran muslim dalam mencintai dan menghormati Jesus.

"Kami meminta kepada rakyat Tuhan (orang kristen) untuk berdoa dan mendukung kami dalam kegiatan kami membawa cinta Jesus kepada dunia Islam," demikian kata Gregg Harris, presiden Perusahaan Penyiaran Timur Jauh/Far East Broadcasting Company (FEBC), yang dikutip oleh Mission Network News (MNN) Jum'at, 12 February.
"FEBC telah melakukan siaran kepada dunia Islam selama beberapa tahun dan kami menjumpai jika Muslim mendengar tentang cinta Tuhan, mereka bergegas untuk mengetahui lebih banyak lagi."

FEBC yang telah melakukan siaran udara program-program kafirisasi melalui lebih dari 150 bahasa yang ada di dunia, telah meluncurkan program jangka panjang untuk kristenisasi di banyak negara-negara Islam.

Melalui programnya yang mereka beri nama "Project Isa", menargetkan Muslimin di Indonesia, Bangladesh, India dan Pakistan, yang membentuk setengah populasi Islam di seluruh dunia. FEBC juga telah menyelesaikan tahapan pertama "Project Isa" di Indonesia. Selain itu, Kazakhstan juga menjadi sasaran kafirisasi selanjutnya.

FECB adalah radio kristen yang memiliki transmiter penyiaraan di berbagai penjuru dunia. Didirikan tahun 1945 setelah perang dunia II, dengan sasaran negara Muslim di kawasan Asia.[md]

‘Proyek Isa’ untuk Muslim Asia (Proyek Kristenisasi dengan Target Indonesia, Pakistan, India, Bangladesh)


‘Setiap orang dalam pemikiran saya memiliki potensi untuk beralih,” kata Rev Nezlin Sterling, sekjen Majelis Perjanjian Baru yang berbasis di London, Inggris.

Keyakinan itulah yang dicamkan oleh Sterling. Dan, pemikiran yang sama pula dianut oleh Gereja Anglikan di Inggris.

Setelah melalui perdebatan alot, Sinode Umum–badan yang membuat kebijakan di Gereja Anglikan Inggris–menyetujui rumusan tentang petunjuk resmi penyebaran agama Kristen, Kamis (12/2). Keputusan diambil dengan suara mayoritas.

Para anggota Sinode mendapat penjelasan bahwa Gereja Anglikan Inggris tak bermaksud mengajak pemeluk agama lain menjadi Kristen melalui upaya Kristenisasi yang agresif dan konfrontatif. Misi ini bertujuan menegaskan kembali keyakinan historis Gereja bahwa Kristen menawarkan kebenaran sejati.

Sebagai agama resmi negara Inggris, Gereja Anglikan justru mendorong terciptanya hubungan baik dengan berbagai kelompok agama di tengah kehidupan beragama di Inggris yang kian beragam.

Yang menjadi perdebatan para anggota Sinode adalah bagaimana melakukan Kristenisasi itu. Seperti apa cara terbaik bagi umat Kristen mendekati mereka yang tidak beragama ataupun yang beragama lain.

Oktober tahun lalu, Gordon Showell-Rogers, sekjen Persekutuan Evangelis Eropa (EEA), mengajak Muslim di Eropa beralih menjadi pengikut Kristiani. Imigran Muslim di benua itu dinilainya berpotensi sebagai ‘celah evangelis’.

Namun, upaya Kristenisasi lebih maju dilakukan oleh organisasi misionaris neo-evangelis. Dengan cara-cara tradisional, tapi lebih menusuk daya jangkaunya, mereka membidik Muslim di Asia.

Melalui program radio berjudul Kasih Sayang Muslim dan Penghormatan Terhadap Yesus Kristus, kelompok misionaris ini telah masuk ke jantung-jantung Muslim di Asia.

”Kami meminta Tuhan setiap orang untuk berdoa dan melindungi kami sebagaimana kami berupaya membawa cinta kasih Yesus ke dunia Muslim,” kata Presiden Far East Broadcasting Company (FEBC), Gregg Harris, seperti dikutip Islamonline dari Mission Network News (MNN), Kamis (12/2).

”FEBC telah mengudara di dunia Muslim sejak beberapa tahun silam. Dan, kami menemukan, jika Muslim mendengar cinta kasih Tuhan, mereka semakin ingin tahu lebih dalam,” kata Harris.

FEBC merupakan perusahaan radio Kristen berskala internasional yang berdiri sejak 1945. Diinisiasi oleh para veteran Perang Dunia Kedua, siaran radio FEBC makin berkembang melalui program transmisi lokal yang ditambatkan di berbagai penjuru Asia.

Tujuannya, program mereka didengarkan oleh jutaan warga Asia. Saluran radio yang kini telah dialihbahasakan dalam 154 bahasa itu mengincar wilayah-wilayah Muslim yang bermasalah, miskin, dan dilanda bencana.

Rencana jangka panjangnya, memasukkan program-program Kristiani hingga ke relung-relung rumah tangga Muslim di seluruh dunia. Saat ini, program misionaris bernama Proyek Isa itu menargetkan rumah tangga Muslim di Indonesia, Bangladesh, India, dan Pakistan.

Wajar bila FEBC menargetkan empat negara itu. Sebab, separuh populasi Muslim dunia mendiami wilayah tersebut.

Jaringan radio FEBC yang tersebar di 54 negara, baik dalam saluran gelombang FM dan AM, kata Gregg, kini sedang dalam tahap penyelesaian Proyek Isa di Indonesia, negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Bahkan, siaran radio di Tanah Air telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa daerah.

Dengan mengandalkan total 123 titik transmitter yang dimiliki di seluruh dunia, FEBC kini juga menargetkan negara mayoritas Muslim di dataran Asia Tengah, yakni Kazakhstan. ”Banyak orang percaya jika Kazakhstan menjadi kunci berpengaruh dalam iklim keberagamaan di Asia Tengah,” kata Harris yang telah bekerja selama 10 tahun di Trans World Radio–siaran misionaris internasional yang mempunyai studio di 40 negara.

Tema besar program misionaris yang mereka emban adalah Proyek Asia. Pemilihan nama itu bukan tanpa alasan. Menurut Harris, nama Proyek Asia sengaja dipilih setelah melalui kajian mendalam dan menyeluruh.

”Yesus bukanlah nama asing bagi Muslim,” terang Harris yang 17 tahun lamanya berkutat dengan dunia radio. Muslim mempercayai Yesus sebagai nabi dengan sebutan Isa. Nabi Isa, ujarnya, adalah putra Maryam yang dilahirkan dalam keajaiban.

FEBC meyakini pula, dengan menggunakan nama Isa seperti tercantum dalam Alquran, akan dapat menimbulkan ketertarikan Muslim di Asia. ”Kami cukup beruntung untuk dapat mengatakan kepada mereka, ‘Hei inilah kebenaran Tuhan sesungguhnya. Anda dapat mengenal dia (Isa)’,” kata Harris yang juga menjadi direktur program Proyek Isa.

Mengapa siaran radio dipilih sebagai media dalam program Kristenisasi Proyek Isa itu? Harris memaparkan alasannya: efektif dan efisien.

Dengan menggunakan saluran radio, sebuah pesan Injil bisa tersampaikan kepada sekelompok orang ataupun komunitas di pelosok daerah yang sulit terjangkau. Dengan radio, kendala geografis bisa diatasi. Lebih efektif dan memaksimalkan jangkauan.

Berbeda halnya jika membagi-bagikan Injil satu per satu ke daerah-daerah pedalaman. Akan lebih sulit dan tentu membutuhkan waktu dan biaya.

Organisasinya, secara teliti, kemudian mendistribusikan peralatan radio kepada mereka yang dianggap berpotensi menyimak program radio FEBC. ”Kami tak hanya membagikan radio secara gratis, tapi kami juga selektif memberikannya hanya kepada mereka yang benar-benar tertarik dan membutuhkan,” terang Harris.

Namun, proyek Kristenisasi ini bukannya gratisan. Mereka rela mengeluarkan investasi tak sedikit demi mencapai tujuan mengkristenkan warga Asia.

Dana yang mereka gelontorkan terbilang substantif untuk ukuran men-set up program saluran radio. FEBC menganggarkan 30 dolar AS untuk satu radio. Untuk 1.000 radio, jelas dibutuhkan 30 ribu dolar AS.

Bukannya tanpa risiko mengadakan proyek penginjilan di daerah mayoritas Muslim dan Hindu yang berpopulasi 2.874.115.000 ini. Dengan alasan tersebut, ”Kami mesti benar-benar berdoa bagi mereka yang menyalurkan dan menerimanya.”

Apakah Proyek Asia yang ambisius bakal mendapat saingan serupa dari program radio Islam? (republika online; 14/02/2009)[hti]
Selengkapnya...

Film Serangan Israel ke Palestina Diputar di Tabligh Akbar HTI

By den_bagus on 22.25

komentar (0)

Filed Under:

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menggelar tabligh akbar sebagai bentuk solidaritas kepada Palestina atas serangan Israel di jalur Gaza. Tabligh akbar ini digelar di Masjid Al Bina, Jl Pintu I Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Minggu (15/2/2009).

Tabligh akbar ini diikuti oleh kurang lebih 5.000 peserta. Tujuannya dalam rangka menyadarkan umat mengenai permasalahan Palestina yang belum selesai dan menemukan solusi tuntasnya.
"Solusi tuntas hanya dengan jihad dan khilafah Islam," kata ketua panitia solidaritas untuk Palestina, Budi Darmawan, di lokasi.

Tabligh akbar ini diisi oleh sejumlah ustad yakni ustad Felix Siauw, ustad Iwan Abu Nabillah dari HTI, ustad Farid dari MER-C. Untuk mengingatkan kembali bagaimana kejamnya serangan Israel, HTI memutarkan film perang antara Israel-Palestina.

Budi pun meminta agar Presiden SBY sebagai jenderal purnawirawan bisa memerintahkan TNI untuk berangkat ke Gaza membantu rakyat Palestina.

Dalam tabligh akbar tersebut, seorang relawan MER-C, A Sodri, menceritakan pengalamannya saat mengirimkan bantuan ke Gaza. Sodri mengatakan, MER-C rencananya akan membangun rumah sakit di Gaza.

"Kita sudah bicarakan ini dengan Menkes. Dan Menkes tertarik. Namun belum ada persetujuan," kata Sodri.[dtk]


Selengkapnya...

HTI Tolak Kedatangan Hillary

By den_bagus on 19.56

komentar (0)

Filed Under:

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dijadwalkan datang ke Indonesia pada 18-19 Februari 2009. Rencana itu, ternyata siap disambut oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dengan menggelar demo menolak kedatangannya.
"Besok kami akan demo menolak kedatangan Hillary Clinton di depan Kedubes Amerika Serikat sekira pukul 14.00 WIB," kata Ketua DPP HTI Ustaz Rochmat S Labib ditemui di acara tablig akbar di Masjid Al Bina, Senayan, Minggu (15/2/2009).

Dia beralasan aksi penolakan itu akan digelar karena Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan akan memberikan Gaza kepada Israel. Sehingga kedatangan Hillary harus ditolak.

"Seharusnya pemerintah menolak Hillary Clinton karena dengan kedatangannya, pemerintah sama saja menjadi kawan dari musuh umat Islam," tegas Ustaz Labib.

Demikian dia berpesan kepada umat Islam di Indonesia agar tidak terjebak konflik dalam menyikapi perbedaan pendapat terkait kedatangan Hillary Clinton ke Indonesia.

"Umat jangan mau diadu domba dengan kedatangan Hillary," katanya.

Aksi besok akan dipimpin oleh Ketua Pelaksana Demonstrasi HTI Budi Darmawan. Diperkirakan aksi tersebut akan diikuti 500 orang. "Tapi massa yang hari ini hadir pun akan diimbau untuk datang besok," kata Budi[muslimdaily]

Selengkapnya...

Golput Pada Pemilu 2009 Tetap Tinggi

By den_bagus on 18.34

komentar (2)

Filed Under:

Yogyakarta (ANTARA News) - Masyarakat yang tidak menggunakan hak pilih, biasa disebut golongan putih (golput), pada pelaksanaan pemungutan suara Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 diperkirakan tetap tinggi seperti yang terjadi pada beberapa pemilihan kepala daerah (pilkada).

"Prediksi itu didasarkan atas minimnya pengetahuan masyarakat tentang tata cara pemberian suara yang berbeda dengan pemilu sebelumnya, yakni dari mencoblos menjadi mencentang atau mencontreng," kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Abdul Gafar Karim di Yogyakarta, Sabtu.
Yogyakarta (ANTARA News) - Masyarakat yang tidak menggunakan hak pilih, biasa disebut golongan putih (golput), pada pelaksanaan pemungutan suara Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 diperkirakan tetap tinggi seperti yang terjadi pada beberapa pemilihan kepala daerah (pilkada).

"Prediksi itu didasarkan atas minimnya pengetahuan masyarakat tentang tata cara pemberian suara yang berbeda dengan pemilu sebelumnya, yakni dari mencoblos menjadi mencentang atau mencontreng," kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Abdul Gafar Karim di Yogyakarta, Sabtu.[antr]

Golput Akan Terus Naik


SUKOHARJO - Tampaknya, masyarakat mulai jenuh dengan pemilihan umum (pemilu). Pasalnya, dari beberapa penyelenggarannya --dari pemilihan presiden, wakil rakyat, sampai pilkada-- tren peserta menurun. Atau, tren untuk tidak memilih, yang biasa disebut golput, meningkat.
Buktinya, di pemilihan presiden (pilpres) tahap I partisipasi hanya 80,02 persen, dan menurun di tahap II menjadi 76,96 persen. Sementara, di pemilihan gubernur 2008 lalu partisipasinya hanya 58,46 persen.
"Faktor penyebab menurunannya partisipasi ada 7 items. Salah satunya, kekecewaan pemilih terhadap pilihannya, setelah memangku jabatan. Mungkin, aspirasinya tidak bisa direalisasikan ketika yang dipilih menjabat," papar Ketua KPU Propinsi Jawa Tengah, Ida Budhiarti, di Lokakarya Membangun Kesadaran Politik Masyarakat, di Solo Baru, kemarin (29/12).
Tren penurunan pemilih juga menunjukkan gejala kejenuhan berpolitik. Sebab, jarak antara pemilu, pilpres, pilkada sangat dekat, sehingga pemilih lelah. Lalu, figur calon dianggap kurang menarik, dan tidak ada kedekatan emosional antara pemilih.
Kurangnya kesadaran untuk menggunakan hak pilih, kurangnya pelayanan teknis administrasi calon pemilih, kekecewaan terhadap kebijakan, dan pemboikotan terhadap calon yang ingkar janji, menambah deret penyebab golput meningkat.
Dalam kesempatan itu, Ida mencontohkan adanya penelitian dari sebuah media massa yang menyatakan ada ketidakpuasan akan kinerja partai politik. "Mulai dari proses rekrutmen anggota sampai cara parpol mengontrol pemerintahan," tambah Ida.
Saat ini, KPUD Propinsi Jawa Tengah berusaha menyampaikan sosialisasi dengan format yang menarik untuk mengantisipasinya. Mereka juga menyebarluaskan produk sosialisasi pemilu kepada badan penyelenggara pemerintah dan non pemerintah, selain kepada masyarakat. "Saya juga mempersilahkan KPUD daerah masing-masing untuk menyusun program sosialisasinya sendiri. Sesuai dengan kebutuhan lokal dan kebijakan KPUD," tambahnya.
Wakil Bupati Sukoharjo, Mohammad Toha, dalam seminar itu menambahkan golput mungkin masih akan terjadi di pemilu mendatang. Buktinya, di Pilgub Jawa Tengah lalu, angka golput mencapai 45 persen. "Mungkin aspirasi pemilih ternyata tidak terpenuhi, yang membuat masyarakat kecewa dan tidak memilih calon itu lagi," paparnya.
Maka, akan menjadi tantangan tersendiri bagi para caleg atau fungsionaris partai, untuk untuk terus memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Sebab, pemilih akan percaya jika yang dipilih mempunyai kredibilitas.
Namun, lanjutnya, perlu juga dimengerti bahwa kesadaran masyarakat untuk memilih berdasarkan nuraninya terkadang sulit. Sebab, sering banyak tekanan dalam memilih, sehingga tidak sesuai dengan keinginannya[radarsolo]

Golput akan Naik 30 Persen

YOGYAKARTA -- Golongan putih (Golput) dalam Pemilu 2009 mendatang diprediksikan akan mengalami peningkatan sebesar 30 persen. Sedikitnya dua alasan yang menyebabkan warga masyarakat Golput yaitu salah menandai gambar dan enggan mendatangi TPS.

Demikian diungkapkan Ketua DPW PKS DIY, H Ahmad Sumiyanto yang didampingi fungsionaris DPW PKS DIY pada ramah tamah dengan wartawan di Yogyakarta, Jumat (13/2). ''Berdasarkan hasil penjajagan kita di masyarakat, kemungkinan Golput akan naik sampai 30 persen,'' kata Sumiyanto.[republika]

Pemilu 2009 Angka Golput Akan Naik


JOGJA (Joglosemar) Pengamat politik dari UGM memprediksi persentase partisipasi pemilih dalam Pemilu 2009 mendatang makin kecil. Salah satu indikasinya adalah tingginya angka golput dalam Pilgub dan Pilkada di beberapa daerah.
“Ketidakpercayaan kepada partai dan figur calon, merupakan salah satu menyebab tingginya golput saat Pilkada dan Pilgub maupun Pemilu mendatang,” ujar pengamat politik UGM, AA GN Ari Dwipayana dalam diskusi “Politik Indonesia Menjelang Pemilu 2009”, Jumat (4/7) di Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) UGM.
Ia mengatakan, pasca tumbangnya Orde Baru terjadi tren peningkatan jumlah golput dari tahun ke tahun. Pada Pemilu 1999 angka golput mencapai 10,21 persen, namun Pemilu 2004 jumlah golput naik menjadi 23,34 persen. “Untuk Pemilu 2009 tampaknya akan naik tajam,” ujarnya.
Ari mengatakan, angka Golput yang tinggi terjadi pada Pilkada di Jawa Tengah 45,25 persen, Jawa Barat 32,6 persen, DKI 37 persen, Kaltim 34,4 persen, Sumatra Utara 43 persen, Sulawesi Selatan 33 persen dan Sumatra Barat 39,9 persen. Data itu bisa jadi menjadi gambaran jelas dan gejala umum pada pemilu di masa mendatang. “Apalagi saat ini banyak terjadi perubahan perilaku pemilih yang mengalami ketidakpuasan pada partai politik dan figur yang dicalonkan pada masa lalu,”jelasnya.
Selain itu juga diungkapkan Ari, kekalahan beberapa partai besar di beberapa Pilkada karena banyak faktor. Ia mencontohkan, mesin partai politik tidak bekerja dengan baik karena terjadi fragmentasi internal dan proses rekrutmen yang tidak demokratis.
Kedua, menurunnya tidak kepercayaan pemilih.Ketiga, pemilih rasional mulai menyukai figur-figur diusung oleh partai-partai kecil dan menengah
Karena itu, Sumiyanto mengharapkan agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) lebih giat lagi untuk melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat. ''Orang yang berpendidikan saja masih salah dalam memberikan suara, apalagi mereka yang berpendidikan rendah,'' kata Sumiyanto[joglosemar]

Kalau dari pengamantan den_bagus, bukannya sosialisasi pemilu itu terus dilakukan,setiap hari di media elektronik maupun cetak kita disajikan berita-berita pemilu.Apa benar ini kurang sosialisasi , apa benar ini kesalahan teknis.Mestinya kalau kesalahan teknis semakin sering pemilu semakin bisa diminimalisir kesalahan teknis itu. Atau sekarang rakyat semakin cerdas dan Ideologis.Kalau ane berharap sih rakyat semakit cerdas dan ideologis.[den_bagus]

Selengkapnya...

Wakil Juru Bicara Hizbut Tahrir Turki : Kalau Erdogan Benar , Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel dan Kirim Tentara Turki Bebaskan Palestina

By den_bagus on 02.40

komentar (1)

Filed Under:

HTI-Press. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan “walk out” dari Forum Ekonomi Dunia setelah adu mulut dengan Presiden Israel Shimon Peres mengenai konflik Gaza. Seperti dilaporkan AFP, Erdogan “walk out” di depan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan peserta lain karena protes komentarnya soal Gaza diperpendek.
“Saya merasa sangat sedih karena orang-orang tepuk tangan atas ucapan anda padahal banyak orang tewas, ” teriaknya kepada Peres sebelum dihentikan oleh moderator, wartawan Washington Post David Ignatius. Ia protes karena Peres diberikan 25 menit untuk berbicara dalam perdebatan sementara dirinya hanya 12 menit.

Sikap Erdogan ini menimbulkan pro-kontra.Ada yang menyambutnya bagaikan pahlawan saat tiba Istanbul. Erdogan diberi gelar ‘pahlawan’, pemimpin umat Islam dan julukan memuji lainnya. Bahkan yang menarik dalam laporan Berita Astro Awani yang menjuluki nama Erdogan dengan gelaran ‘Penakluk Davos’ atau jika ditukar ke dalam bahasa Arabnya menjadi “Al-Fatih”. Ini sebagaimana gelaran yang diberikan kepada Muhamad Al-Fatih yang membuka kota Constantinople dan menukar namanya menjadi IslamBul (Bandar Islam).

Berbeda dengan itu, wakil juru bicara Hizbut Tahrir Turki dalam pernyataan persnya menganggap tindakan Erdogan tidaklah cukup menyelamatkan Palestina. Dia menyatakan seharusnya pemerintah Turki yang dipimpin Erdogan tidak sekedar berdebat di forum itu . Tapi melakukan tindakan nyata dengan memutus hubungan diplomatik secara total dengan Israel dan memerintahkan pengiriman tentara membebaskan Palestina.

” Kalau Erdogan benar-benar serius, seharusnya dia memutus hubungan diplomatik dengan Israel dan mengirim tentara ke Palestina membebaskan Palestina dari penjajahan Israel”, tegasnya.

Republik Sekuler Turki sendiri memang memiliki sejarah panjang dan hubungan yang sangat dekat dengan negara Israel. Negara yang didirikan Kamal at Tartuk - sang Pengkhianat dengan dukungan Inggris- ini merupakan negara muslim pertama yang mengakui keberadaan Israel pada tahun 1949. Menggambarkan kedekatan itu pada tahun 2006 departemen luar negeri Israel mensifati hubungan negaranya dengan Turki dalam katagori ’sempurna’. Turki merupakan mitra dagang yang sangat dekat Israel dengan nilai perdagangan mencapai 4 miliar US dollar.

Turki dan Israel juga memiliki aliansi militer. Kedua negaranya ini sering melakukan latihan perang bersama terutama angkatan laut. Pilot-pilot Israel juga sering dilatih di Turki. Sementara Israel memberikan pesawat udara untuk memonitor aktivitas pemberontak Kurdi di Turki sebelah tenggara.

Pemerintah Erdogan menunjuk Jenderal Buyukanit’s sebagai kepala staf Angkatan Bersenjata. Jenderal yang dikenal pro Israel dan salah satu tugasnya adalah mengeleminir sikap anti Israel di kalangan perwira senior angkatan bersenjata Turki.

Tahun 2006 the Jerusalem Post melaporkan Israel dan Turki sedang melakukan negoisasi proyek pembangunan bernilai jutaan dolar. Proyek ini untuk membangun jaringan pipa air, listrik, gas, dan minyak ke Israel.

Masih menurut wakil juru bicara HT Turki, kalau Erdogan benar-benar terhormat, seharusnya sejak awal menolak duduk dalam forum Davos. Mengingat pertemuan yang dibentuk oleh negara-negara Barat hanya untuk kepentingan kelompok Yahudi.

Kalau ingin terhormat, seharusnya Erdogan menyatakan dengan tegas Israel adalah negara illegal, dan memutuskan semua bentuk hubungan dengan negara illegal itu. Isu Palestina tidak akan bisa diselesaikan di forum Davos. ” Yang dibutuhkan adalah jihad fi sabilillah memerangi negara illegal ini dengan mengerahkan tentara Turki”, tegasnya.

Namun tampaknya, Erdogan tidak punya keingian untuk memutuskan hubungan diplomatic dengan Israel. Tampak dari pernyataannya yang mengatakan “adalah mudah bagi bujangan (laki-laki yang belum menikah ) untuk memutuskan pasangannya”. Tindakan Erdogan ditengarai sekedar mencari dukungan umat Islam dalam pemilu Turki ke depan.

Gelar al Fatih tentu saja berlebihan, kalau Erdogan ingin menjadi al Fatih, seharunya dia menjadi Sholahuddin Al Ayyubi yang berperang mengusir tentara salib dari bumi yang diberkati Allah SWT, Palestina. Salahuddin berjuang keras melindungi umat Islam di Baitul Maqdis dengan mujahidin dan menghalau tentara kufur, dan barulah dia melakukan kesepakatan gencatan senjata. Namun kini Erdogan dengan Turki yang sekular terus menerus mengadakan hubungan intim dengan negara Israel pembunuh, tanpa berbuat apa-apa ke arah pembebasan bumi Palestina.

Untukmu Erdogan, kalau anda ingin digelar Al-Fateh maka bertindaklah sebagai Al-Fatih. Bebaskan Palestina sebagaimana Salahuddin Al-Ayubi membebaskannya. Umumkan jihad atas Israel, dan serulah kepada semua pemimpin dunia Islam agar bergabung mengalahkan Israel dan Amerika. Tegakkanlah Khilafah, dan serulah pemimpin dunia Islam agar bersatu di bawah satu kepimpinan dan satu bendera.

Serulah mereka semua agar berjihad memerangi Yahudi dan Amerika. Jika inilah yang engkau lakukan, maka kisah kehebatan Erdogan sebagai pembebas Baitul Maqdis akan pasti dikenang oleh generasi umat ini sebagaimana umat ini mengenang Muhamad Al-Fateh, Salahuddin Al-Ayubi dan juga Sultan Abdul Hamid II. Jika inilah yang engkau serukan wahai Erdogan, maka niscaya namamu terpahat indah dan diabadikan dengan penuh keharuman di dalam lipatan sejarah kaum Muslimin. Dan jika inilah yang engkau serukan, Insya Allah namamu akan terpahat di pintu syurga sebagai pejuang dan penegak agama Allah.(FW/ dari berbagai sumber)[hti]

Selengkapnya...

 Blog Terbaik News & Journalism - Top Blogs Philippines Malaysian Topsites - TopMalaysia.OrG Journalist Blogs - Blog Catalog Blog Directory Indonesian Muslim Blogger