Apa Yang Bisa Diharapkan Atas Kunjungan Hillary ke Indonesia?
By den_bagus on 14.45
Filed Under:
Menlu Amerika Hillary Clinton dijadwalkan akan segera ke Indonesia. Para ulama berharap ada perubahan sikap Amerika dengan Islam
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS yang baru, Hillary Clinton telah memilih Asia sebagai benua pertama yang Hillary di Jepangdikunjunginya, memecah tradisi yang dilakukan para Menlu maupun Presiden Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya memilih ke Eropa atau Timur Tengah.
Beberapa hari lagi, tanggal 18-19 Februari ini, Hillary akan berada di Indonesia. Sejumlah agenda yang disebut-sebut akan dibahas dalam kunjungan pertama ini adalah terkait krisis ekonomi global, perubahan iklim, dan ambisi nuklir Korea Utara.
Berbeda dengan tiga negara lain, di Indonesia nanti, menurut sumber Deplu AS, Hillary mungkin akan meletakkan kerangka dasar bagi hubungan yang berubah, kemitraan strategis baru dengan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini. Apa kira-kira yang bakal dilakukan Hillary untuk Indonesia? Dan apa manfaatnya bagi umat Islam?
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi berharap kunjungan Menlu Hillary Clinton ke Indonesia jangan semata untuk kepentingan negara adikuasa tersebut, terlebih hanya untuk menaikkan citra.
“Kita berharap Pemerintah Amerika yang kini dipimpin Barack Hussein Obama dapat bertindak secara objektif melihat Indonesia untuk kepentingan perdamaian dunia, dan jangan hanya untuk kepentingan Amerika Serikat, ” ujar KH Hasyim Muzadi dikutip Pelita.
Hasyim juga berharap agar Amerika saat ini dapat bertindak menjadi Bapak Dunia dan bukan Polisi Dunia. “Artinya, dengan menjadi Bapak Dunia, maka Amerika dapat dicintai oleh seluruh dunia internasional. Akan tetapi jika menjadi Polisi Dunia tentunya Amerika Serikat akan membayar cost yang cukup mahal, khususnya terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah luar negeri, ” jelasnya.
Hal lain, yang juga harus diperhatikan Amerika Serikat adalah terkait masalah penyelesaian perdamaian di Timur Tengah. Dalam hal ini, Amerika harus bertindak proporsional dalam menerapkan kebijakan luar negerinya, khususnya terhadap eksistensi Israel dan Palestina.
Jika tidak proporsional, Amerika sampai kapanpun akan dilihat secara terus menerus menerapkan double standard. Masalah penerapan kebijakan inilah yang justru merugikan Amerika sendiri di mata internasional, kata Hasyim.
Kepada Pemerintah Indonesia sendiri, Hasyim berharap agar dapat melaksanakan kedaulatan pemerintahan dengan sepenuh-penuhnya tanpa adanya upaya yang didikte ataupun ‘diobok-obok’ dalam melaksanakan kebijakan.
Hasyim juga berharap, Amerika harus beri keleluasan kepada Indonesia dalam melaksanakan kebijakannya. Amerika tidak usah terlalu banyak mengintervensi seperti yang dilakukan selama ini. Hal itu dimaksudkan agar ada keseimbangan antara persahabatan dengan bantuan, ujarnya.
Sementara itu, salah satu Ketua PP Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir berpendapat, kunjungan Menlu AS ke Indonesia merupakan hal positif jika dilandasi sikap dan kebijakan baru dari pemimpin AS tersebut. Sebaliknya, kunjungan tersebut tidak memberi arti apapun bagi bangsa Indonesia jika negara adikuasa tersebut masih menerapkan standard ganda seperti yang diterapkan di masa George W Bush.
Pemerintah AS di bawah Obama harus memperbarui sikap atau kebijakan politik LN ke arah memahami Islam dan Indonesia, dan tidak seperti yang dilakukan di era Bush. Jangan anggap Indonesia sarang teroris dan fundamentalis seperti pandangan AS di masa Bush, ujar Haedar Nashir.
Terhadap pemerintah, Haedar mengimbau agar Pemerintah Indonesia menunjukkan sikap sebagai negara berdaulat dan tidak mudah didikte kekuatan negara besar manapun. Bekerjasamalah sebagaimana layaknya bangsa dan negara bermartabat. Kita ini juga negara besar, bukan inlander tegasnya.
Pada bagian lain, Haedar menyinggung soal sektor yang harus diperkuat oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan kerjasama dengan negara yang kini dipimpin Barack Hussein Obama.
PP Muhammadiyah berharap Pemerintah Indonesia memperkuat kerjasama di bidang pendidikan dengan tetap menghormati kultur masing-masing. Selanjutnya, PP Muhammadiyah juga berharap terjadi negosiasi ulang proyek-proyek besar seperti Freeport dan lain-lain yang menguntungkan kedua belah pihak, serta meningkatkan saling pemahaman di mana Indonesia termasuk negara Muslim terbesar yang moderat.
Sementara, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mempersilakan kepada Menlu AS berkunjung ke Indonesia jika memang memberikan dampak positif bagi hubungan kedua negara yang cenderung menimbulkan ketegangan.
“Silakan saja. Yang namanya kunjungan kalau positif ya,… silakan, ” kata Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat KH Ma’ruf Amin.
Yang perlu mendapat perhatian, kata Ma’ruf, Presiden AS Obama berkeinginan untuk bersahabat dengan masyarakat Muslim di dunia ini. Dan, Indonesia itu kan masyarakatnya mayoritas beragama Islam, sehingga kita harapkan ada perubahan sikap politik AS terhadap masyarakat Islam, ujarnya.
Ma’ruf mengingatkan, kalau ada kunjungan Menteri Luar Negeri AS ke Indonesia tidak ditindaklanjuti dengan perubahan sikap politiknya terhadap Islam tidak ada gunannya. Ya, kita harapkan ada perubahan sikap politik AS terhadap Islam, ujarnya.
Secara terpisah, Juru Bicara Hisbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto berharap Pemerintah Indonesia tidak boleh terjebak dan terseret arus keinginan AS yang saat ini tengah memperbaiki citra di dunia Islam.
Bahwa kunjungan Menlu AS Hillary Clinton ke Indonesia pada tanggal 18-19 Februari ini tidak lain adalah untuk lebih menguatkan hegemoni AS di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, khususnya Indonesia. AS adalah negara imperialis yang dengan segala cara akan terus berusaha melanggengkan dominasinya di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia, demi meraih kepentingan politik dan ekonominya, paparnya.
Menurut dia, penjajahan semacam itu akan terus dilakukan dengan teknik yang berubah-ubah. Bila sebelumnya dengan hard power, sekarang di masa pemerintahan Presiden Obama dibahasakan dengan istilah smart power, yakni melalui cara-cara diplomasi, tekanan politik dan cara-cara lain yang dikatakan smart itu.
Apalagi secara pribadi meski Hillary Clinton berasal dari Partai Demokrat, dia adalah termasuk pendukung agresi AS ke Iraq. Artinya, secara moral dia termasuk figur yang harus bertanggungjawab terhadap kehancuran Irak. Dia juga pendukung fanatik Israel, dengan tingkat dukungan yang lebih besar daripada Presiden Obama sekalipun, tegasnya.
Seiring hal itu, HTI pun menolak kunjungan Menlu AS Hillary Clinton. Pasalnya, kunjungan tersebut akan menjadi jalan makin kokohnya hegemoni AS atas negeri ini.
HTI menyerukan kepada umat Islam di Indonesia, khususnya para tokoh umat, untuk bersama-sama menolak setiap bentuk langkah atau kegiatan baik yang datang dari dalam maupun dari luar negeri, seperti tampak dalam kunjungan Menlu AS Hillary Clinton, yang akan membawa negeri ini makin dalam terjerumus ke dalam pelukan negara imperialis seperti Amerika Serikat ujarnya.
Menanggapi adanya penolakan kunjungan Menlu AS Hillary Clinton, Hasyim Muzadi justru mengaku tidak sependapat dengan sikap penolakan yang disampaikan Ormas Islam dalam menyikapi kunjungan diplomasi tersebut.
PBNU sendiri, kata Hasyim, akan menyambut positif kunjungan Menlu AS. Kalau memang Menlu itu mau datang ke PBNU kita akan menerima, tegasnya.[hidayatulloh]
0 komentar for this post